Kamis, 08 Mei 2014

HEPATITIS C



BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
Hepatitis merupakan suatu istilah untuk menyatakan adanya inflamasi pada hepar yang dapat disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, jamur ataupun parasit dan agen-agen non infeksius seperti alkohol, obat-obatan, penyakit autoimun dan metabolik. Namun penyebab hepatitis terbanyak diseluruh dunia adalah akibat virus yang disebut dengan hepatitis virus.1
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Banyak episode hepatitis dengan klinis anikterik, tidak nyata atau subklinis. Secara global virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten. Berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit indonesia, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%. Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi berkisar dari 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang, sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. Hepatitis C menempati urutan kedua setelah hepatitis A akut yaitu 15,5%-46,4 .2 Hepatitis D jarang dijumpai dan sekitar 4% kasus dijumpai sebagai koinfeksi dari HBV. Diperkirakan jumlahnya mencapai 7500 kasus per tahun. Pada salah satu penelitian menunjukkan antibodi anti hepatitis E ditemukan pada 29% anak di India.1

1.2            Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan hepatitis C.



 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.      DEFINISI
Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Dikatakan akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan. Keadaan kronis pada anak-anak lebih sukar dirumuskan karena perjalanan penyakitnya lebih ringan daripada orang dewasa.1
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus).1,

2.      ETIOLOGI


Virus hepatitis C adalah adalah virus RNA berkapsul berdiameter 50-60 nm yang mengandung RNA rantai tunggal yang dapat diproses secara langsung untuk memproduksi protein-protein virus.1,2,3,4,7 Genom HCV digolongkan dalam Flavivirus bersama-sama dengan virus hepatitis G, Yellow fever, dan Dengue. Virus ini umumnya masuk kedalam darah melalui tranfusi atau kegiatan-kegiatan yang memungkinkan virus ini langsung masuk ke sirkulasi darah.1,2,3,4,8



                   Gambar 1. Model virus Hepatitis C pada manusia

Kecepatan replikasi HCV sangat besar, melebihi HIV maupun HBV. Virus ini bereplikasi melalui RNA-dependent RNA polimerase yang akan menghasilkan salinan RNA virus tanpa mekanisme proof-reading (mekanisme yang akan menghancurkan salinan nukleotida yang tidak persis sama dengan aslinya).2,3,4,8,9 Kondisi ini akan menyebabkan timbulnya banyak salinan-salinan RNA HCV yang sedikit berbeda namun masih berhubungan satu sama lain pada pasien yang disebut quasispecies.8 Sekarang ini ada sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih dari 50 subtipenya.1,2,3,4 Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C.1,2,3,4 Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.1 Genotipe 1a dan 1b adalah genotipe yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa Barat, diikuti oleh genotipe 2 dan 3. Genotipe lain tampaknya tidak pernah ditemukan di negara-negara pada kedua kawasan tersebut, tapi banyak ditemukan di negara atau kawasan lain.1 Genotipe 4 banyak ditemukan di Mesir, genotipe 5 di Afrika Selatan sedangkan genotipe 6 di Asia Tenggara.1 Pengetahuan mengenai genotipe ini sangat penting karena dapat dipakai untuk memprediksi respon terhadap antivirus (sustained virological response = SVR) dan menentukan durasi terapi.1 Genotipe 2 dan 3 adalah genotipe yang telah diketahui memiliki respon lebih baik dibandingkan genotipe 1.1
Genotipe tidak akan berubah selama masa infeksi (course of infection) sehingga tidak perlu pemeriksaan ulangan terhadap genotip. Derajat beratnya penyakit tidak memiliki kaitan dengan genotipe virus.1

3.      EPIDEMIOLOGI
World Health Organization (WHO) melaporkan lebih kurang 170 juta jiwa di seluruh dunia terinfeksi secara kronik oleh hepatitis C (Hepatitis C Virus = HCV).1,7 Prevalensi global infeksi HCV adalah 2,9%.1 Menurut data WHO, angka prevalensi ini amat bervariasi dalam distribusi secara geografi, dengan seroprevalensi terendah di Eropa sekitar 1% hingga tertinggi 5,3% di Afrika.1 Prevalensi HCV di Indonesia sangat bervariasi, dikarenakan geografis negara Indonesia yang sangat luas.1 Hasil pemeriksaan pendahulu anti-HCV pada donor darah di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensinya adalah antara 3,1%-4%.1 Dengan bantuan Namru-2 dimana dimungkinkan untuk pengguna reagen anti-HCV generasi kedua dan juga bantuan unit PUTD Palang Merah Indonesia, data donor darah di kota-kota besar menunjukkan prevalensi yang lebih kecil 0,5-3,37% dibandingkan data yang sebelumnya. 1

4.        PATOFISIOLOGI
Jika masuk ke dalam darah maka HCV akan segera mencari hepatosit (sel hati) dan kemungkinan sel limfosit B. Hanya dalam sel hati HCV bisa berkembang biak. Sulitnya membiakkan HCV pada kultur, juga tidak adanya model binatang non-primata telah memperlambat lajunya riset HCV. Namun daur hidup HCV telah dapat dikemukakan seperti penjelasan dibawah ini:1

Gambar 2. Siklus hidup virus hepatitis C 10
Melalui gambar skematis di atas, proses siklus kehidupan HCV digambarkan secara alur skematis. 1
1.      HCV masuk ke dalam hepatosit dengan mengikat suatu reseptor permukaan sel yang spesifik. Reseptor ini belum teridentifikasi secara jelas, namun protein permukaan CD8 adalah suatu HCV binding protein yang memainkan peranan dalam masuknya virus. Salah satu protein khusus virus yang dikenal sebagai protein E2 menempel pada reseptor site di bagian luar hepatosit.
2.      Kemudian protein inti dari virus menembus dinding sel dengan suatu proses kimiawi dimana selaput lemak bergabung dengan dinding sel dan selanjutnya dinding sel akan melingkupi dan menelan virus serta membawanya ke dalam hepatosit. Di dalam hepatosit, selaput virus (nukleokapsid) melarut dalam sitoplasma dan keluarlah RNA virus (virus uncoating) yang selanjutnya mengambil alih peran bagian dari ribosom hepatosit dalam membuat bahan-bahan untuk proses reproduksi.
3.      Virus dapat membuat sel hati memperlakukan RNA virus seperti miliknya sendiri. Selama proses ini virus menutup fungsi normal hepatosit atau membuat lebih banyak lagi hepatosit yang terinfeksi kemudian menbajak mekanisme sintesis protein hepatosit dalam memproduksi protein yang dibutuhkannya untuk berfungsi dan berkembang biak.
4.      RNA virus dipergunakan sebagai cetakan (template) untuk memproduksi masal poliprotein (proses translasi).
5.      Poliprotein dipecah dalam unit-unit protein yang lebih kecil. Protein ini ada 2 jenis yaitu protein struktural dan regulatori. Protein regulatori memulai sintesis kopi virus RNA asli.
6.      Sekarang RNA virus mengopi dirinya sendiri dalam jumlah besar (miliaran kali) untuk menghasilkan bahan dalam membentuk virus baru. Hasil kopi ini adalah bayangan cermin RNA orisinil dan dinamai RNA negatif. RNA negatif lalu bertindak sebagai cetakan (template) untuk memproduksi serta RNA positif yang sangat banyak yang merupakan kopi identik materi genetik virus.
7.      Proses ini berlangsung terus dan memberikan kesempatan untuk terjadinya mutasi genetik yang menghasilkan RNA untuk strain baru virus dan subtipe virus hepatitis C. Setiap kopi virus baru akan berinteraksi dengan protein struktural, yang kemudian akan membentuk nukleokapsid dan kemudian inti virus baru. Amplop protein kemudian akan melapisi inti virus baru.
8.      Virus dewasa kemudian dikeluarkan dari dalam hepatosit menuju ke pembuluh darah menembus membran sel.
Keluaran dan derajat keparahan dari infeksi virus hepatitis bergantung pada jenis virus, jumlah virus dan faktor dari host. 4

5.      GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis hepatitis virus C dikenal mulai dari hepatitis akut, fulminan, kronis, yang dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati.1,2,3,4
Infeksi Akut
Umumnya infeksi akut HCV tidak memberi gejala atau hanya bergejala minimal. Hanya 20-30% kasus yang menunjukkan tanda-tanda hepatitis akut 7 – 8 minggu (berkisar 2 – 26 minggu) setelah terjadinya paparan.1,4
Infeksi virus hepatitis terbagi 3 fase, yaitu fase prodormal, fase ikterik, dan fase convalescent. 4 Pada fase prodormal, onset terjadi pada hari 1-14, namun rata-rata timbul pada hari 5-7 setelah paparan. 4 Keluhan yang sering yaitu malaise, fatique, mual dan muntah, kehilangan selera makan, low grade fever, flu like symptoms, dan kebanyakan pasien mengeluh adanya nyeri pada perut kanan atas. 4
Pada fase ikterik, gejala yang sering ditimbulkan yaitu warna kuning pada mukosa sklera pada awalnya dan berlanjut pada perubahan warna pada kulit.4 Durasi ikterik bervariasi, biasanya antara 4 hari sampai beberapa bulan, namun rata-rata 2-3 minggu.4 Urin menjadi gelap, feses berwarna seperti dempol (pucat). Selama fase ini, setengah penderita menunjukkan gejala gatal-gatal. 4
Pada fase convalescent, kebanyakan gejala di atas menghilang (resolve). 4 Ikterik tidak ditemukan, warna pada kulit, urin dan feses kembali ke warna yang semula. Kembalinya nafsu makan dan adanya peningkatan berat badan menunjukkan sudah adanya tahap penyembuhan. 4
 Umumnya secara klinik gejala HCV akut lebih ringan daripada hepatitis virus akut lainnya. Masa inkubasi HCV terletak antara HAV dengan HBV, yaitu sekitar 2 – 26 minggu, dengan rata-rata 8 minggu.2 Pada penderita hepatitis akut ditemukan Anti HCV positif pada 75,5% HNANB pasca-tranfusi, 35% pada HNANB sporadik dan hanya 2,4 pada HBV. Sebagian besar penderita yang terserang HCV akut akan menjurus menjadi kronis.2
RNA virus hepatitis C dapat terdeteksi sebelum gejala muncul, namun level dari viremia pada 6 bulan pertama dapat dorman dan tidak terdeksi walaupun orang tersebut sedang dalam infeksi yang persisten. 2,9 Gejala awal yang ditunjukkan tergantung dari usia saat terjadinya paparan, sistem imun penderita, adanya penyakit hati sebelumnya dan tingkat inokulasi virus.4,9
Level serum dari enzim hati seperti alanin aminotransferase (ALT) meningkat 10 kali lebih tinggi dari pada normal, kemudian menurun, dan untuk orang dengan infeksi yang persisten didapatkan kadar ALT naik turun (fluktuatif).2 Serum bilirubin juga dapat meningkat setelah beberapa minggu gejala pertama muncul, namun akhirnya kembali ke level yang normal. Secara garis besar, angka mortalitas pada infeksi akut tergolong rendah. 2

Infeksi kronis
Infeksi akan menjadi kronik pada 70 – 90% kasus dan sering kali tidak menimbulkan gejala apapun walaupun proses kerusakan hati berjalan terus. Adapun kriteria dari hepatitis kronis adalah naiknya kadar transaminase serum lebih dari 2 kali nilai normal, yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Hilangnya HCV setelah terjadinya hepatitis kronis sangat jarang terjadi. 4 Jangka waktu dimana berbagai tahap penyakit hati berkembang sangat bervariasi. Diperlukan waktu 20 – 30 tahun untuk terjadinya sirosis hati yang sering tejadi pada 15 – 20% pasien hepatitis C kronis.5 Progresivitas hepatitis kronik menjadi sirosis hati tergantung beberapa faktor resiko yaitu: asupan alkohol, ko-infeksi dengan virus hepatitis B atau Human Immunodeficiency Virus (HIV), jenis kelamin laki-laki, usia tua saat terjadinya infeksi dan kadar CD4 yang sangat rendah.1,11 Bila telah terjadinya sirosis, maka risiko terjadinya karsinoma hepatoselular adalah sekitar 1-4% pertahun.1 Karsinoma hepatoseluler dapat terjadi tanpa diawali dengan sirosis, namun hal ini jarang terjadi.1



Hepatitis C Fulminan
Hepatitis fulminan jarang terjadi. ALT (alanine amino-transferase) meninggi sampai beberapa kali diatas batas atas normal tetapi umumnya tidak sampai lebih dari 1000 U/L.4

Manifestasi Ekstrahepatik
Selain memiliki manifestasi hepatik, ada beberapa manifestasi ektrahepatik HCV yang penting.1,4
1.         Mixed Cryoglobulinaemic vasculitis
Pada 50% pasien HCV umumnya terdeteksi cryoglobulin pada serum darah, dan cryoprecipitates  biasanya mengandung sejumlah besar antigen dan antibodi HCV, namun hanya sebagian kecil pasien (10-15%) yang memiliki gejala. Gejala-gejala biasanya terkait dengan vaskulitis, yaitu lemah, atralgia dan purpura.
2.         Membranoproliferative glomerulonephritis
Pada kasus ini, telah terjadi peranan dari persarafan dan otak sehingga gejala yang timbul lebih berat.
3.         Poliarteritis Nodosa
4.         Papular Acrodermatitis (Gianotti syndrome)

6.      CARA PENULARAN
Pada umumnya cara penularan HCV adalah parental. Semula penularan HCV dihubungkan dengan transfusi darah atau produk darah, melalui jarum suntik. Tetapi setelah ditemukan bentuk virus dari hepatitis, makin banyak laporan mengenai cara penularan lainnya, yang umumnya mirip dengan cara penularan HBV, yaitu:3,4
1. Penularan horizontal 
Penularan HCV terjadi terutama melalui cara parental, yaitu tranfusi darah atau komponen produk darah, hemodialisa, dan  penyuntikan obat secara intravena.
2.Penularan vertikal 
Penularan vertikal adalah penularan dari seseorang ibu  pengidap atau penderita Hepatitis C kepada bayinya sebelum  persalinan, pada saat persalinan atau beberapa saat persalinan

7.      DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pada hepatitis virus C berdasarkan uji serologi untuk memeriksa antibodi dan Uji HCV RNA.1,2,3,4
1.                  Uji serologi
Uji serologi yang berdasarkan pada deteksi antibodi telah membantu mengurangi risiko infeksi terkait transfusi. Sekali pasien pernah mengalami serokonversi, biasanya hasil pemeriksaan serologi akan tetap positif, namun kadar antibodi anti-HCV akan menurun secara gradual sejalan dengan waktu pada sebagian pasien yang infeksinya mengalami reaksi spontan.1,2,3,4
Antibodi terhadap HCV biasanya dideteksi dengan metode enzyme immunoassay yang sangat sensitif dan spesifik. Enzyme immunoassay generasi k-3 yang banyak dipergunakan saat ini mengandung protein core dan protein struktural-struktural yang dapat mendeteksi keberadaan antibodi dalam waktu 4-10 minggu infeksi. Antibodi anti-HCV masih tetap dapat terdeteksi selama terapi maupun setelahnya tanpa memandang respon terapi yang telah dialami, sehingga pemeriksaan anti-HCV tidak perlu dilakukan kembali apabila sudah pernah dilakukan sebelumnya.1 Uji immunoblot rekombinan (recombinant immunoblot assay, RIBA) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil uji enzyme immunoassay yang positif.1 Penggunaan RIBA untuk mengkonfirmasi hasil hanya direkomendasikan untuk setting populasi low-risk seperti pada bank darah.1 Namun dengan tersedianya metode enzyme immunoassay yang sudah diperbaiki dan uji deteksi RNA yang lebih baik saat ini, maka konfirmasi denga RIBA telah menjadi kurang diperlukan. 1,2,3,4

2.                  Uji HCV RNA
HCV RNA dapat terdeteksi dan diukur dengan teknik amplifikasi termasuk reverse transcription polymerase chain reation (RT-PCR). Genotip HCV dapat dinilai dengan analisis phylogenetic dari rantai nukleotida atau deteksi mutasi point spesifik subtipe pada RT-PCR amplifikasi RNA. HCV RNA dideteksi dalam waktu 2 minggu infeksi dan juga digunakan untuk konfirmasi terjadinya infeksi akut. Bagaimanapun uji HCV RNA yang rutin tidak dianjurkan secara langsung karena standarisasi uji tersebut yang masih rendah. 1,2,3,4

3.                  Biopsi Hati
Biopsi hati secara umum direkomendasikan untuk penilaian awal seorang pasien dengan infeksi HCV kronis.1 Biopsi berguna untuk menentukan derajat beratnya penyakit (tingkat fibrosis) dan menentukan derajat nekrosis dan inflamasi.1 Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab hati yang lain, seperti fitur alkoholik, non-alcoholic steatohepatits (NASH), hepatitis autoimun, penyakit hati drug-induced atau overload besi. 1,2,3,4

8.      PENATALAKSANAAN
Diagnosa dan pengobatan awal sangatlah mendesak dan penting. Persentase yang signifikan dari orang yang melakukannya dapat sembuh dari Hepatitis C dan menunjukan perbaikan hatinya. Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati.1,9
Pengobatan hepatitis C akut menggunakan IFN (alfa dan beta) dengan dosis 6-10 juta unit selama 6 bulan dapat memicu normalisasi SGPT dan hilangnya HCV RNA pada sekitar 50% pasien.1 Berdasarkan studi, dosis dari IFN-α, yang tiga kali seminggu, sama dengan mereka yang menggunakan peg-IFN- α selama 24 minggu, telah meningkatkan angka rata-rata SVR pada hepatitis C akut. Pegylated IFN- α lebih diutamakan dibandingkan IFN- α konvensional maupun ribavirin. Penambahan ribavirin dengan IFN- α atau peg-IFN- α tidak memperlihatkan angka perbaikan yang nyata dari rata-rata SVR. HCV genotip 2, 3, 4 merespon lebih baik dibandingkan HCV genotip 1 dan waktu pengobatan dapat lebih singkat hingga 12 minggu dengan menggunakan peg-IFN- α pada orang yang terinfeksi HCV genotip ini. IFN profilaksis tidak dianjurkan pada trauma tusuk karena bagaimanapun angka infeksi HCV termasuk rendah. Pengobatan pada HCV akut harus ditunda selama 8-16 minggu untuk melihat adanya resolusi spontan, terutama pada pasien yang memiliki manifestasi klinis. 9 Pada infeksi akut HCV genotip tipe 1, diberikan terapi selam 24 minggu, sedangkan pada tipe 2 dan 3 diberikan terapi selama 12 minggu9
 Tujuan pengobatan hepatitis C kronik adalah mencegah komplikasi penyakit hati, termasuk HCC.1,2,3,4 Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan: Umur, jenis kelamin, genotip virus, jumlah virus, dan stadium fibrosis terutama fibrosis stadium 3 dan 4.9 Pasien dengan stadium fibrosis F0 (fibrosis tidak ada) dan F1 (fibrosis hepar yang minimal) tidak memerlukan terapi antiviral keuali pada pasien yang gejala klinisnya berat atau dalam stadium yang lebih lanjut pada hasil biopsi hatinya dan untuk orang-orang yang sangat berharap pada pengobatan.9 Untuk semua pasien tersebut, mereka harus diberi informed consent berupa: 9
1.      Perjalanan penyakitnya, terutama tentang kemungkinan terjadinya komplikasi pada hati.
2.      Kemanjuran dari pengobatan yang tersedia
3.      Biaya pengobatan
4. Efek yang merugikan dari pengobatan dan membutuhkan pemakaian kontrasepsi berkelanjutan setelah administrasi dari ribavirin.
Berdasarkan penelitian trial and eror, didapatkan angka SVR paling tinggi dicapai dengan kombinasi peg-IFN- α dan ribavirin oral setiap harinya satu kali seminggu selama 1 tahun. 9
Pengobatan HCV kronik adalah dengan menggunakan infterferon alfa dan ribavirin.1,2,3,4, Umumnya disepakati bila genotipe HCV adalah genotipe 1 dan 4, maka terapi perlu diberikan selama 48 minggu dan bila genotipe 2 dan 3, terapi cukup diberikan selama 24 minggu.1,9
1.      Interferon alfa
Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh manusia untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh/imunitas dan mengatur fungsi sel lainnya.2
2.      Pegylated interferon alfa
Dibuat dengan menggabungkan molekul yang larut air yang disebut "polyethylene glycol (PEG)" dengan molekul interferon alfa.2 Modifikasi interferon alfa ini lebih lama ada dalam tubuh, dan beberapa penelitian menunjukkan lebih efektif dalam membuat respon bertahan terhadap virus dari pasien Hepatitis C kronis dibandingkan interferon alfa biasa.2
3.      Ribavirin.
Obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa untuk pengobatan Hepatitis C kronis.2 Ribavirin kalau dipakai tunggal tidak efektif melawan virus Hepatitis C, tetapi dengan kombinasi interferon alfa, lebih efektif daripada inteferon alfa sendiri. Untuk Interferon alfa yang konvensional, diberikan setiap 2 hari atau 3 kali seminggu dengan dosis 3 juta unit subkutan setiap kali pemberian. Interferon yang telah diikat dengan poly-ethylen glycol (PEG) atau dikenal dengan Peg-Interferon, diberikan setiap minggu dengan dosis 1,5 ag/kgBB/kali (untuk Peg-Interferon 12 KD) atau 180 ug (untuk PegInterveron 40 KD). Pemberian Interferon diikuti dengan pemberian Ribavirin dengan dosis pada pasien berat badan < 50 kg sebesar 800 mg setiap hari, 50 – 70 kg sebesar 1000 mg setiap hari, dan > 70 kg sebesar 1200 setiap hari dibagi dalam 2 kali pemberian.2
Hati-hati pemberian IFN pada hal-hal di bawah ini: 1
·         Neutopenia (jumlah netrofil < 1500 sel/uL)
·         Trombositopenia (jumlah trobosit < 85.000 sel/uL)
·         Transplantasi organ
·         Penyakit autoimun
·         Ditemukannya autoantibodi tyroid
·         Umur lebih dari 70 tahun
Adapun efek samping yang berkaitan dengan IFN adalah: cytopenia, ganguan fungsi tiroid, sepresi, irritability, gangguan ingatan dan konsentrasi, gangguan penglihatan, cepat lelah, nyeri otot, sakit kepala, mual dan muntah, tidak selera makan dan penurunan berat badan, demam derajat rendah, iritasi kulit, insomnia, pendengaran berkurang,  tinitus, fibrosis interstitial dan penipisan rambut.9
Efek samping yang berkaitan dengan ribavirin: anemia hemolitik, cepat leleah, gatal-gatal, rash, batuk, faringitis, asam urat dan cacat pada waktu lahir.9
Sangat penting pada pasien yang menggunakan ribavirin untuk memperketat penggunaaan kontrasepsi selama pengobatan dan setelah 6 bulan setelah akhir pengobatan.9


BAB III
PENUTUP


Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus ini umumnya masuk kedalam darah melalui tranfusi atau kegiatan-kegiatan yang memungkinkan virus ini langsung masuk ke sirkulasi darah. Manifestasi klinis hepatitis virus C dikenal mulai dari hepatitis akut, fulminan, kronis, yang dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati. Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati.


  
  
 DAFTAR PUSTAKA

1.      Sulaiman A. Hepatitis C. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi I. Editor: Sulaiman A, Akbar N, Lesmana LA, Noer S. Pusat Penerbitan Divisi Hepatologi Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2007. 211-235.
2.      Thomas DL. Hepatitis C Virus. In: Oxford Textbook of Medicine 4th Edition. Editors: Warrel DA, Cox TM, Firth JD, Benz AJ. Oxford Press. United State; 2003.
3.      Dienstag JL, Isselbacer KJ. Acute Viral Hepatitis. In Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition. Editors: Kasper DL, Braunwald E, Anthpny F, Hauser S, Longo D, Jameson JL. McGraw-Hill Professional. London; 2004.
4.      Ghany MG, Liang TJ. Acute Viral Hepatitis. In: Yamada’s Textbook of Gastroenterology 4th Edition. Editors: Yamada T, Alpers DH, Laine L, Kaplowitz N, Owyang C, Powell DW.Lippincott Williams & Wilkins Publisher. United State; 2003.
5.      Hassan A. Virus Hepatitis C pada Penyakit Hati Menahun Pasca Transfusi. 2001 [31 Januari 2010]. Diunduh dari: http://www.kalbe.co.id/cdk/files/07VirusHepatitisCTransfusi08.
6.      Gani RA. Hepatitis C. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi IV. Editor. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I DKK. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2007. 439-442
7.      Sujono. Mengenal Hepatitis C Pada Umumnya dan Tinjauan Kejadiannya di Indonesia. Dalam Buku: Hepatologi. CV Mandar Maju Bandung. Bandung; 2000. 125-132.
8.      Mukherjee S. Hepatitis C. 2009 [31 Januari 2010]. Diunduh dari:  http://emedicine.medscape.com/article/177792-overview
9.      Buggs AM. Viral Hepatitis. 7 Juli 2009 [31 Januari 2010]. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/775507-overview.html

1 komentar:

  1. I do not know if you would be interested in my case.Here is Dr Itua Contact Information,drituaherbalcenter@gmail.com Or mobile +2348149277967 He talk on Whatsapp too.
    I was treated for Hepatitis C genotype 2 commencing on january 14, 2017 I was treated with Dr Itua Herbal Medicine which he prepared and send to me Via EMS Courier service and I received it @ Ohio Post Office .I drink in two weeks as he instructed me to and I was cured.Just in two weeks,Isn’t that joyful.yes i’m happy and my heart fill with joy.
    I carry a high risk of Lymphoma relapse due to constant exposure to the hepatitis C virus.
    In order for me to have the maximum chance of a cure from my Non-Hodgkins Lymphoma the Hepatitis C must be treated in a timely manner or my life hangs in jeopardy. Dr Itua made my life meaningful again.And to my friend Nicky who directed me to Dr itua herbal center i forever debted to you my dear friend.Doctor Itua Assured me he can as well cured the following desease,HIV,COPD,DIABETES,HERPES VIRUS,HEPATITIS,

    BalasHapus