BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hepatitis merupakan suatu istilah untuk menyatakan adanya
inflamasi pada hepar yang dapat disebabkan oleh agen infeksius seperti virus,
bakteri, jamur ataupun parasit dan agen-agen non infeksius seperti alkohol, obat-obatan,
penyakit autoimun dan metabolik. Namun penyebab hepatitis terbanyak diseluruh
dunia adalah akibat virus yang disebut dengan hepatitis virus.1
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari
berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala
sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Banyak
episode hepatitis dengan klinis anikterik, tidak nyata atau subklinis. Secara
global virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten.
Berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit indonesia, hepatitis A masih
merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu
berkisar dari 39,8-68,3%. Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat
bervariasi berkisar dari 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang, sehingga
termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi.
Hepatitis C menempati urutan kedua setelah hepatitis A akut yaitu 15,5%-46,4 .2
Hepatitis D jarang dijumpai dan sekitar 4% kasus dijumpai sebagai koinfeksi
dari HBV. Diperkirakan jumlahnya mencapai 7500 kasus per tahun. Pada salah satu
penelitian menunjukkan antibodi anti hepatitis E ditemukan pada 29% anak di
India.1
1.2
Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi,
patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan hepatitis C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
DEFINISI
Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus.
Dikatakan akut apabila
inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis
yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan.
Keadaan kronis pada anak-anak lebih sukar dirumuskan
karena perjalanan penyakitnya lebih ringan daripada orang dewasa.1
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit
hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus).1,
2.
ETIOLOGI
Virus
hepatitis C adalah adalah virus RNA berkapsul berdiameter 50-60 nm yang
mengandung RNA rantai tunggal yang dapat diproses secara langsung untuk
memproduksi protein-protein virus.1,2,3,4,7 Genom HCV digolongkan dalam
Flavivirus bersama-sama dengan virus hepatitis G, Yellow fever, dan Dengue.
Virus ini umumnya masuk kedalam darah melalui tranfusi atau kegiatan-kegiatan
yang memungkinkan virus ini langsung masuk ke sirkulasi darah.1,2,3,4,8
Gambar 1. Model virus Hepatitis
C pada manusia
Kecepatan replikasi HCV sangat besar, melebihi HIV maupun HBV. Virus ini bereplikasi melalui RNA-dependent RNA polimerase yang akan menghasilkan salinan RNA virus tanpa mekanisme proof-reading (mekanisme yang akan menghancurkan salinan nukleotida yang tidak persis sama dengan aslinya).2,3,4,8,9 Kondisi ini akan menyebabkan timbulnya banyak salinan-salinan RNA HCV yang sedikit berbeda namun masih berhubungan satu sama lain pada pasien yang disebut quasispecies.8 Sekarang ini ada sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih dari 50 subtipenya.1,2,3,4 Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C.1,2,3,4 Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.1 Genotipe 1a dan 1b adalah genotipe yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa Barat, diikuti oleh genotipe 2 dan 3. Genotipe lain tampaknya tidak pernah ditemukan di negara-negara pada kedua kawasan tersebut, tapi banyak ditemukan di negara atau kawasan lain.1 Genotipe 4 banyak ditemukan di Mesir, genotipe 5 di Afrika Selatan sedangkan genotipe 6 di Asia Tenggara.1 Pengetahuan mengenai genotipe ini sangat penting karena dapat dipakai untuk memprediksi respon terhadap antivirus (sustained virological response = SVR) dan menentukan durasi terapi.1 Genotipe 2 dan 3 adalah genotipe yang telah diketahui memiliki respon lebih baik dibandingkan genotipe 1.1
Genotipe
tidak akan berubah selama masa infeksi (course
of infection) sehingga tidak perlu pemeriksaan ulangan terhadap genotip.
Derajat beratnya penyakit tidak memiliki kaitan dengan genotipe virus.1
3.
EPIDEMIOLOGI
World
Health Organization (WHO) melaporkan lebih kurang 170 juta jiwa di seluruh
dunia terinfeksi secara kronik oleh hepatitis C (Hepatitis C Virus = HCV).1,7 Prevalensi global infeksi HCV
adalah 2,9%.1 Menurut data WHO, angka prevalensi ini amat bervariasi
dalam distribusi secara geografi, dengan seroprevalensi terendah di Eropa
sekitar 1% hingga tertinggi 5,3% di Afrika.1 Prevalensi HCV di
Indonesia sangat bervariasi, dikarenakan geografis negara Indonesia yang sangat
luas.1 Hasil pemeriksaan pendahulu anti-HCV pada donor darah di
beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensinya adalah antara
3,1%-4%.1 Dengan bantuan Namru-2
dimana dimungkinkan untuk pengguna reagen anti-HCV generasi kedua dan juga
bantuan unit PUTD Palang Merah Indonesia, data donor darah di kota-kota besar
menunjukkan prevalensi yang lebih kecil 0,5-3,37% dibandingkan data yang
sebelumnya. 1
4.
PATOFISIOLOGI
Jika
masuk ke dalam darah maka HCV akan segera mencari hepatosit (sel hati) dan
kemungkinan sel limfosit B. Hanya dalam sel hati HCV bisa berkembang biak.
Sulitnya membiakkan HCV pada kultur, juga tidak adanya model binatang
non-primata telah memperlambat lajunya riset HCV. Namun daur hidup HCV telah
dapat dikemukakan seperti penjelasan dibawah ini:1
Gambar
2. Siklus hidup virus hepatitis C 10
Melalui
gambar skematis di atas, proses siklus kehidupan HCV digambarkan secara alur
skematis. 1
1. HCV
masuk ke dalam hepatosit dengan mengikat suatu reseptor permukaan sel yang
spesifik. Reseptor ini belum teridentifikasi secara jelas, namun protein
permukaan CD8 adalah suatu HCV binding
protein yang memainkan peranan dalam masuknya virus. Salah satu protein
khusus virus yang dikenal sebagai protein E2 menempel pada reseptor site di bagian luar hepatosit.
2. Kemudian
protein inti dari virus menembus dinding sel dengan suatu proses kimiawi dimana
selaput lemak bergabung dengan dinding sel dan selanjutnya dinding sel akan
melingkupi dan menelan virus serta membawanya ke dalam hepatosit. Di dalam
hepatosit, selaput virus (nukleokapsid) melarut dalam sitoplasma dan keluarlah
RNA virus (virus uncoating) yang
selanjutnya mengambil alih peran bagian dari ribosom hepatosit dalam membuat
bahan-bahan untuk proses reproduksi.
3. Virus
dapat membuat sel hati memperlakukan RNA virus seperti miliknya sendiri. Selama
proses ini virus menutup fungsi normal hepatosit atau membuat lebih banyak lagi
hepatosit yang terinfeksi kemudian menbajak mekanisme sintesis protein
hepatosit dalam memproduksi protein yang dibutuhkannya untuk berfungsi dan
berkembang biak.
4. RNA
virus dipergunakan sebagai cetakan (template)
untuk memproduksi masal poliprotein (proses translasi).
5. Poliprotein
dipecah dalam unit-unit protein yang lebih kecil. Protein ini ada 2 jenis yaitu
protein struktural dan regulatori. Protein regulatori memulai sintesis kopi
virus RNA asli.
6. Sekarang
RNA virus mengopi dirinya sendiri dalam jumlah besar (miliaran kali) untuk
menghasilkan bahan dalam membentuk virus baru. Hasil kopi ini adalah bayangan
cermin RNA orisinil dan dinamai RNA negatif. RNA negatif lalu bertindak sebagai
cetakan (template) untuk memproduksi
serta RNA positif yang sangat banyak yang merupakan kopi identik materi genetik
virus.
7. Proses
ini berlangsung terus dan memberikan kesempatan untuk terjadinya mutasi genetik
yang menghasilkan RNA untuk strain baru virus dan subtipe virus hepatitis C.
Setiap kopi virus baru akan berinteraksi dengan protein struktural, yang
kemudian akan membentuk nukleokapsid dan kemudian inti virus baru. Amplop
protein kemudian akan melapisi inti virus baru.
8. Virus
dewasa kemudian dikeluarkan dari dalam hepatosit menuju ke pembuluh darah
menembus membran sel.
Keluaran
dan derajat keparahan dari infeksi virus hepatitis bergantung pada jenis virus,
jumlah virus dan faktor dari host. 4
5.
GEJALA
KLINIS
Manifestasi
klinis hepatitis virus C dikenal mulai dari hepatitis akut, fulminan, kronis,
yang dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati.1,2,3,4
Infeksi
Akut
Umumnya
infeksi akut HCV tidak memberi gejala atau hanya bergejala minimal. Hanya
20-30% kasus yang menunjukkan tanda-tanda hepatitis akut 7 – 8 minggu (berkisar
2 – 26 minggu) setelah terjadinya paparan.1,4
Infeksi virus
hepatitis terbagi 3 fase, yaitu fase prodormal, fase ikterik, dan fase
convalescent. 4 Pada fase prodormal, onset terjadi pada hari 1-14,
namun rata-rata timbul pada hari 5-7 setelah paparan. 4 Keluhan yang
sering yaitu malaise, fatique, mual dan muntah, kehilangan selera makan, low grade fever, flu like symptoms, dan kebanyakan pasien mengeluh adanya nyeri pada
perut kanan atas. 4
Pada fase
ikterik, gejala yang sering ditimbulkan yaitu warna kuning pada mukosa sklera
pada awalnya dan berlanjut pada perubahan warna pada kulit.4 Durasi
ikterik bervariasi, biasanya antara 4 hari sampai beberapa bulan, namun
rata-rata 2-3 minggu.4 Urin menjadi gelap, feses berwarna seperti
dempol (pucat). Selama fase ini, setengah penderita menunjukkan gejala
gatal-gatal. 4
Pada fase convalescent,
kebanyakan gejala di atas menghilang (resolve).
4 Ikterik tidak ditemukan, warna pada kulit, urin dan feses kembali ke
warna yang semula. Kembalinya nafsu makan dan adanya peningkatan berat badan
menunjukkan sudah adanya tahap penyembuhan. 4
Umumnya secara klinik gejala HCV akut lebih
ringan daripada hepatitis virus akut lainnya. Masa inkubasi HCV terletak antara
HAV dengan HBV, yaitu sekitar 2 – 26 minggu, dengan rata-rata 8 minggu.2
Pada penderita hepatitis akut ditemukan Anti HCV positif pada 75,5% HNANB
pasca-tranfusi, 35% pada HNANB sporadik dan hanya 2,4 pada HBV. Sebagian besar
penderita yang terserang HCV akut akan menjurus menjadi kronis.2
RNA
virus hepatitis C dapat terdeteksi sebelum gejala muncul, namun level dari
viremia pada 6 bulan pertama dapat dorman dan tidak terdeksi walaupun orang
tersebut sedang dalam infeksi yang persisten. 2,9 Gejala awal yang
ditunjukkan tergantung dari usia saat terjadinya paparan, sistem imun penderita,
adanya penyakit hati sebelumnya dan tingkat inokulasi virus.4,9
Level
serum dari enzim hati seperti alanin aminotransferase (ALT) meningkat 10 kali
lebih tinggi dari pada normal, kemudian menurun, dan untuk orang dengan infeksi
yang persisten didapatkan kadar ALT naik turun (fluktuatif).2 Serum
bilirubin juga dapat meningkat setelah beberapa minggu gejala pertama muncul,
namun akhirnya kembali ke level yang normal. Secara garis besar, angka
mortalitas pada infeksi akut tergolong rendah. 2
Infeksi kronis
Infeksi
akan menjadi kronik pada 70 – 90% kasus dan sering kali tidak menimbulkan
gejala apapun walaupun proses kerusakan hati berjalan terus. Adapun kriteria
dari hepatitis kronis adalah naiknya kadar transaminase serum lebih dari 2 kali
nilai normal, yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Hilangnya HCV setelah
terjadinya hepatitis kronis sangat jarang terjadi. 4 Jangka waktu
dimana berbagai tahap penyakit hati berkembang sangat bervariasi. Diperlukan
waktu 20 – 30 tahun untuk terjadinya sirosis hati yang sering tejadi pada 15 –
20% pasien hepatitis C kronis.5 Progresivitas hepatitis kronik
menjadi sirosis hati tergantung beberapa faktor resiko yaitu: asupan alkohol,
ko-infeksi dengan virus hepatitis B atau Human Immunodeficiency Virus (HIV),
jenis kelamin laki-laki, usia tua saat terjadinya infeksi dan kadar CD4 yang
sangat rendah.1,11 Bila telah terjadinya sirosis, maka risiko
terjadinya karsinoma hepatoselular adalah sekitar 1-4% pertahun.1
Karsinoma hepatoseluler dapat terjadi tanpa diawali dengan sirosis, namun hal
ini jarang terjadi.1
Hepatitis C Fulminan
Hepatitis
fulminan jarang terjadi. ALT (alanine amino-transferase) meninggi sampai beberapa
kali diatas batas atas normal tetapi umumnya tidak sampai lebih dari 1000 U/L.4
Manifestasi
Ekstrahepatik
Selain
memiliki manifestasi hepatik, ada beberapa manifestasi ektrahepatik HCV yang
penting.1,4
1.
Mixed Cryoglobulinaemic
vasculitis
Pada 50% pasien HCV umumnya terdeteksi cryoglobulin
pada serum darah, dan cryoprecipitates biasanya mengandung sejumlah besar antigen dan
antibodi HCV, namun hanya sebagian kecil pasien (10-15%) yang memiliki gejala.
Gejala-gejala biasanya terkait dengan vaskulitis, yaitu lemah, atralgia dan
purpura.
2.
Membranoproliferative
glomerulonephritis
Pada kasus ini, telah
terjadi peranan dari persarafan dan otak sehingga gejala yang timbul lebih
berat.
3.
Poliarteritis Nodosa
4.
Papular Acrodermatitis
(Gianotti syndrome)
6.
CARA
PENULARAN
Pada umumnya
cara penularan HCV adalah parental. Semula penularan HCV dihubungkan dengan
transfusi darah atau produk darah, melalui jarum suntik. Tetapi setelah
ditemukan bentuk virus dari hepatitis, makin banyak laporan mengenai cara
penularan lainnya, yang umumnya mirip dengan cara penularan HBV, yaitu:3,4
1. Penularan
horizontal
Penularan HCV terjadi terutama
melalui cara parental, yaitu tranfusi darah atau komponen produk darah,
hemodialisa, dan penyuntikan obat secara intravena.
2.Penularan vertikal
Penularan vertikal adalah penularan
dari seseorang ibu pengidap atau penderita Hepatitis C kepada bayinya
sebelum persalinan, pada saat persalinan atau beberapa saat persalinan
7.
DIAGNOSIS
Penegakan
diagnosis pada hepatitis virus C berdasarkan uji serologi untuk memeriksa
antibodi dan Uji HCV RNA.1,2,3,4
1.
Uji serologi
Uji
serologi yang berdasarkan pada deteksi antibodi telah membantu mengurangi
risiko infeksi terkait transfusi. Sekali pasien pernah mengalami serokonversi,
biasanya hasil pemeriksaan serologi akan tetap positif, namun kadar antibodi
anti-HCV akan menurun secara gradual sejalan dengan waktu pada sebagian pasien
yang infeksinya mengalami reaksi spontan.1,2,3,4
Antibodi
terhadap HCV biasanya dideteksi dengan metode enzyme immunoassay yang sangat sensitif dan spesifik. Enzyme immunoassay generasi k-3 yang
banyak dipergunakan saat ini mengandung protein core dan protein
struktural-struktural yang dapat mendeteksi keberadaan antibodi dalam waktu
4-10 minggu infeksi. Antibodi anti-HCV masih tetap dapat terdeteksi selama
terapi maupun setelahnya tanpa memandang respon terapi yang telah dialami,
sehingga pemeriksaan anti-HCV tidak perlu dilakukan kembali apabila sudah
pernah dilakukan sebelumnya.1 Uji immunoblot rekombinan (recombinant immunoblot assay, RIBA)
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil uji enzyme immunoassay yang positif.1 Penggunaan RIBA untuk
mengkonfirmasi hasil hanya direkomendasikan untuk setting populasi low-risk seperti pada bank darah.1
Namun dengan tersedianya metode enzyme
immunoassay yang sudah diperbaiki dan uji deteksi RNA yang lebih baik saat
ini, maka konfirmasi denga RIBA telah menjadi kurang diperlukan. 1,2,3,4
2.
Uji HCV RNA
HCV
RNA dapat terdeteksi dan diukur dengan teknik amplifikasi termasuk reverse transcription polymerase chain
reation (RT-PCR). Genotip HCV dapat dinilai dengan analisis phylogenetic
dari rantai nukleotida atau deteksi mutasi point spesifik subtipe pada RT-PCR
amplifikasi RNA. HCV RNA dideteksi dalam waktu 2 minggu infeksi dan juga
digunakan untuk konfirmasi terjadinya infeksi akut. Bagaimanapun uji HCV RNA
yang rutin tidak dianjurkan secara langsung karena standarisasi uji tersebut
yang masih rendah. 1,2,3,4
3.
Biopsi Hati
Biopsi
hati secara umum direkomendasikan untuk penilaian awal seorang pasien dengan
infeksi HCV kronis.1 Biopsi berguna untuk menentukan derajat
beratnya penyakit (tingkat fibrosis) dan menentukan derajat nekrosis dan
inflamasi.1 Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab hati yang lain, seperti fitur alkoholik, non-alcoholic steatohepatits (NASH),
hepatitis autoimun, penyakit hati drug-induced
atau overload besi. 1,2,3,4
8.
PENATALAKSANAAN
Diagnosa
dan pengobatan awal sangatlah mendesak dan penting. Persentase yang signifikan
dari orang yang melakukannya dapat sembuh dari Hepatitis C dan menunjukan
perbaikan hatinya. Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan
virus dari tubuh sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan
stadium akhir penyakit hati.1,9
Pengobatan
hepatitis C akut menggunakan IFN (alfa dan beta) dengan dosis 6-10 juta unit selama
6 bulan dapat memicu normalisasi SGPT dan hilangnya HCV RNA pada sekitar 50%
pasien.1 Berdasarkan studi, dosis dari IFN-α, yang tiga kali
seminggu, sama dengan mereka yang menggunakan peg-IFN- α selama 24 minggu,
telah meningkatkan angka rata-rata SVR pada hepatitis C akut. Pegylated IFN- α
lebih diutamakan dibandingkan IFN- α konvensional maupun ribavirin. Penambahan
ribavirin dengan IFN- α atau peg-IFN- α tidak memperlihatkan angka perbaikan
yang nyata dari rata-rata SVR. HCV genotip 2, 3, 4 merespon lebih baik
dibandingkan HCV genotip 1 dan waktu pengobatan dapat lebih singkat hingga 12
minggu dengan menggunakan peg-IFN- α pada orang yang terinfeksi HCV genotip
ini. IFN profilaksis tidak dianjurkan pada trauma tusuk karena bagaimanapun
angka infeksi HCV termasuk rendah. Pengobatan pada HCV akut harus ditunda
selama 8-16 minggu untuk melihat adanya resolusi spontan, terutama pada pasien
yang memiliki manifestasi klinis. 9 Pada infeksi akut HCV genotip
tipe 1, diberikan terapi selam 24 minggu, sedangkan pada tipe 2 dan 3 diberikan
terapi selama 12 minggu9
Tujuan pengobatan hepatitis C kronik adalah
mencegah komplikasi penyakit hati, termasuk HCC.1,2,3,4 Hal-hal yang
mempengaruhi keberhasilan pengobatan: Umur, jenis kelamin, genotip virus,
jumlah virus, dan stadium fibrosis terutama fibrosis stadium 3 dan 4.9 Pasien
dengan stadium fibrosis F0 (fibrosis tidak ada) dan F1 (fibrosis hepar yang
minimal) tidak memerlukan terapi antiviral keuali pada pasien yang gejala
klinisnya berat atau dalam stadium yang lebih lanjut pada hasil biopsi hatinya
dan untuk orang-orang yang sangat berharap pada pengobatan.9 Untuk
semua pasien tersebut, mereka harus diberi informed consent berupa: 9
1. Perjalanan
penyakitnya, terutama tentang kemungkinan terjadinya komplikasi pada hati.
2. Kemanjuran
dari pengobatan yang tersedia
3. Biaya
pengobatan
4. Efek
yang merugikan dari pengobatan dan membutuhkan pemakaian kontrasepsi
berkelanjutan setelah administrasi dari ribavirin.
Berdasarkan
penelitian trial and eror, didapatkan
angka SVR paling tinggi dicapai dengan kombinasi peg-IFN- α dan ribavirin oral
setiap harinya satu kali seminggu selama 1 tahun. 9
Pengobatan
HCV kronik adalah dengan menggunakan infterferon alfa dan ribavirin.1,2,3,4,
Umumnya disepakati bila genotipe HCV adalah genotipe 1 dan 4, maka terapi perlu
diberikan selama 48 minggu dan bila genotipe 2 dan 3, terapi cukup diberikan
selama 24 minggu.1,9
1. Interferon
alfa
Adalah suatu protein
yang dibuat secara alami oleh tubuh manusia untuk meningkatkan sistem daya
tahan tubuh/imunitas dan mengatur fungsi sel lainnya.2
2. Pegylated
interferon alfa
Dibuat dengan
menggabungkan molekul yang larut air yang disebut "polyethylene glycol
(PEG)" dengan molekul interferon alfa.2 Modifikasi interferon
alfa ini lebih lama ada dalam tubuh, dan beberapa penelitian menunjukkan lebih
efektif dalam membuat respon bertahan terhadap virus dari pasien Hepatitis C
kronis dibandingkan interferon alfa biasa.2
3. Ribavirin.
Obat
anti virus yang digunakan bersama interferon alfa untuk pengobatan Hepatitis C
kronis.2 Ribavirin kalau dipakai tunggal tidak efektif melawan virus
Hepatitis C, tetapi dengan kombinasi interferon alfa, lebih efektif daripada
inteferon alfa sendiri. Untuk Interferon alfa yang konvensional, diberikan setiap
2 hari atau 3 kali seminggu dengan dosis 3 juta unit subkutan setiap kali
pemberian. Interferon yang telah diikat dengan poly-ethylen glycol (PEG) atau
dikenal dengan Peg-Interferon, diberikan setiap minggu dengan dosis 1,5
ag/kgBB/kali (untuk Peg-Interferon 12 KD) atau 180 ug (untuk PegInterveron 40
KD). Pemberian Interferon diikuti dengan pemberian Ribavirin dengan dosis pada
pasien berat badan < 50 kg sebesar 800 mg setiap hari, 50 – 70 kg sebesar 1000
mg setiap hari, dan > 70 kg sebesar 1200 setiap hari dibagi dalam 2 kali pemberian.2
Hati-hati
pemberian IFN pada hal-hal di bawah ini: 1
·
Neutopenia (jumlah
netrofil < 1500 sel/uL)
·
Trombositopenia (jumlah
trobosit < 85.000 sel/uL)
·
Transplantasi organ
·
Penyakit autoimun
·
Ditemukannya
autoantibodi tyroid
·
Umur lebih dari 70
tahun
Adapun
efek samping yang berkaitan dengan IFN adalah: cytopenia, ganguan fungsi
tiroid, sepresi, irritability, gangguan ingatan dan konsentrasi, gangguan
penglihatan, cepat lelah, nyeri otot, sakit kepala, mual dan muntah, tidak
selera makan dan penurunan berat badan, demam derajat rendah, iritasi kulit,
insomnia, pendengaran berkurang, tinitus,
fibrosis interstitial dan penipisan rambut.9
Efek
samping yang berkaitan dengan ribavirin: anemia hemolitik, cepat leleah,
gatal-gatal, rash, batuk, faringitis, asam urat dan cacat pada waktu lahir.9
Sangat
penting pada pasien yang menggunakan ribavirin untuk memperketat penggunaaan
kontrasepsi selama pengobatan dan setelah 6 bulan setelah akhir pengobatan.9
BAB III
PENUTUP
Hepatitis
virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan
oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus
ini umumnya masuk kedalam darah melalui tranfusi atau kegiatan-kegiatan yang
memungkinkan virus ini langsung masuk ke sirkulasi darah. Manifestasi klinis
hepatitis virus C dikenal mulai dari hepatitis akut, fulminan, kronis, yang
dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati. Tujuan pengobatan dari
Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh sedini mungkin untuk mencegah
perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sulaiman A.
Hepatitis C. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi I. Editor: Sulaiman A,
Akbar N, Lesmana LA, Noer S. Pusat Penerbitan Divisi Hepatologi Departemen ilmu
penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2007.
211-235.
2.
Thomas DL.
Hepatitis C Virus. In: Oxford Textbook of Medicine 4th Edition.
Editors: Warrel DA, Cox TM, Firth JD, Benz AJ. Oxford Press. United State;
2003.
3.
Dienstag
JL, Isselbacer KJ. Acute Viral Hepatitis. In Harrison’s Principles of Internal
Medicine 16th Edition. Editors: Kasper DL, Braunwald E, Anthpny F,
Hauser S, Longo D, Jameson JL. McGraw-Hill Professional. London; 2004.
4.
Ghany MG,
Liang TJ. Acute Viral Hepatitis. In: Yamada’s Textbook of Gastroenterology 4th
Edition. Editors: Yamada T, Alpers DH, Laine L, Kaplowitz N, Owyang C, Powell
DW.Lippincott Williams & Wilkins Publisher. United State; 2003.
5.
Hassan A.
Virus Hepatitis C pada Penyakit Hati Menahun Pasca Transfusi. 2001 [31 Januari
2010]. Diunduh dari: http://www.kalbe.co.id/cdk/files/07VirusHepatitisCTransfusi08.
6.
Gani RA.
Hepatitis C. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi IV. Editor.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I DKK. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2007. 439-442
7.
Sujono.
Mengenal Hepatitis C Pada Umumnya dan Tinjauan Kejadiannya di Indonesia. Dalam
Buku: Hepatologi. CV Mandar Maju Bandung. Bandung; 2000. 125-132.
8.
Mukherjee
S. Hepatitis C. 2009 [31 Januari 2010]. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/177792-overview
9.
Buggs AM.
Viral Hepatitis. 7 Juli 2009 [31 Januari 2010]. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/775507-overview.html
I do not know if you would be interested in my case.Here is Dr Itua Contact Information,drituaherbalcenter@gmail.com Or mobile +2348149277967 He talk on Whatsapp too.
BalasHapusI was treated for Hepatitis C genotype 2 commencing on january 14, 2017 I was treated with Dr Itua Herbal Medicine which he prepared and send to me Via EMS Courier service and I received it @ Ohio Post Office .I drink in two weeks as he instructed me to and I was cured.Just in two weeks,Isn’t that joyful.yes i’m happy and my heart fill with joy.
I carry a high risk of Lymphoma relapse due to constant exposure to the hepatitis C virus.
In order for me to have the maximum chance of a cure from my Non-Hodgkins Lymphoma the Hepatitis C must be treated in a timely manner or my life hangs in jeopardy. Dr Itua made my life meaningful again.And to my friend Nicky who directed me to Dr itua herbal center i forever debted to you my dear friend.Doctor Itua Assured me he can as well cured the following desease,HIV,COPD,DIABETES,HERPES VIRUS,HEPATITIS,