Minggu, 18 Mei 2014

KAWASAN WISATA TANJUNG BELIT


Untuk menghabiskan waktu liburan alangkah nikmatnya jika kita bisa melakukan aktivitas di alam bebas, salah satu tempat yang dapat dikunjungi adalah Air Terjun Tanjung Belit berada di Desa Tanjung Belit Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Dari Kota Pekanbaru untuk menuju Desa Tanjung Belit kita melakukan perjalanan ke Gema ibukota Kecamatan Kampar Kiri Hulu dengan jarak sekitar 90 km dari Pekanbaru atau ± 2 jam perjalanan dari Pekanbaru. Akses ke air terjun tanjung belit dapat menggunakan sepeda motor atau menggunakan mobil. Untuk selanjutnya kita harus melakukan perjalanan kaki ± 1 Km, namun disini letak kenikmatannya dimana kita dapat melihat keindahan hutan yang masih asri dan dapat melihat sungai sebayang yang indah dan alami dari atas bukit. Di kawasan air terjun tanjung belit terdapat tempat camp yang luas dan indah, disini dapat didirikan tenda atau dome yang banyak jika teman-teman ingin ngecamp. Selain tempat ngecamp kita dapat menyewa robin atau perahu motor untuk menikmati sungai sebayang dari dekat, harganya lumayan terjangkau karena dapat menikmati alam kawasan tanjung belit dari dekat.  

Kawasan wisata tanjung belit merupakan tempat yang layak untuk dikunjungi bagi pecinta alam bebas dan tempat wisata yang bisa dikunjungi oleh semua orang, bagi yang ingin kesana saya menawarkan jasa pemandu atau guide yang dapat memandu kawan-kawan kesana dan menyediakan peralatan untuk di alam bebas seperti tenda atau dome, matras, carrier, trangia, dan peralatan lain yang dibutuhkan oleh kawan-kawan selama melakukan perjalanan, kawan-kawan dapat menghubungi nomor HP : 082391387176


Kawasan air terjun tanjung belit

Sabtu, 17 Mei 2014

ENTOMOLOGI FORENSIK



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


1.      Defenisi
             Entomologi forensik atau medikolegal adalah ilmu yang mempelajari serangga yang berhubungan dengan jasad tubuh. Pada lingkungan yang sesuai serangga   akan   membentuk   koloni   pada   jasad   tubuh   beberapa  saat   setelah kematian. Perkembangan serangga seiring dengan waktu dapat digunakan untuk menentukan waktu kematian dengan tepat.1

2.       Karakteristik serangga
  Serangga adalah anggota dari kelas insekta hewan tidak bertulang belakang filum artropoda. Serangga dapat berupa lalat, nyamuk, jengkrik, kecoa, rayap, kumbang, kupu-kupu, ngengat, semut, tawon dan lebah. Serangga dewasa biasanya dapat dibedakan dari binatang lainnya   dengan beberapa ciri khas yang jelas. Hampir beberapa di antaranya ditutupi permukaan luar yang keras disebut exoskeleton, yang terbagi atas kepala, dada, perut, 3 pasang kaki yang menempel pada dada, 1 pasang antena di kepala, mata yang besar dan 1 atau 2 pasang sayap.
Serangga dewasa akan menetaskan telur dan serangga yang imatur akan keluar dari telur dan beberapa kelompok terlihat sangat mirip dengan induknya, kecuali bila berukuran lebih kecil dan tidak punya sayap. Serangga yang imatur ini  disebut  nimfa, secara periodik  melepaskan kulitnya dan bertambah besar. Nimfa  melewati fase pergantian kulit dan menunjukkan semua karakteristik dewasa. Jangkrik, kecoa dan turunan dari beberapa serangga yang dikenal, tumbuh perlahan-lahan seperti siklus di atas. Tetapi, beberapa serangga melewati   3 stadium yang berbeda dalam perkembangannya yaitu telur. larva, dan pupa. Tidak satupun dari stadium ini yang menyerupai bentuk induknya. Larva yang menetas dari telurnya, umumnya memiliki tubuh yang   lunak dan menyerupai ulat bulu, belatung. Dalam pertumbuhannya, larva melepaskan kulitnya dan bertambah besar. Pada dasarnya, larva akan menyelubungi permukaan luar kulitnya menjadi   kepompong,  yang akan menjalani stadium perkembangan sebelum dewasa.   Stadium ini disebut pupa. Serangga bentuk dewasa nantinya akan keluar dari pupa tersebut. Kupu-kupu,  rayap, lalat, kumbang, dan beberapa serangga lain berkembang dengan cara ini. Banyak dari spesies serangga yang penting dalam forensik melewati tahap perkembangan yang terakhir ini.2

3.       Memperkirakan waktu post mortem dengan teknik entomologi
Ahli   patologi   forensik   menggunakan  beberapa   metode   yang   lazim digunakan dalam membuat perkiraan saat kematian adalah pengukuran penurunan suhu tubuh (algor mortis), interpretasi lebam (livor mortis) dan kaku mayat (rigor mortis),   interpretasi   proses   dekomposisi,   pengukuran   perubahan   kimia  pada vitreous, interpretasi isi dan pengosongan lambung. Akan tetapi, parameter medis tersebut   sering   dipengaruhi   oleh   banyak   variabel   lain,   yang sampai   sekarang masih tidak diketahui dengan pasti dan parameter medis tersebut dinilai sedikit atau bahkan tidak dapat dipergunakan sama sekali bila lama kematian sudah lebih dari 72 jam. Setelah melewati waktu lebih dari 72 jam, bukti entomologis  merupakan bukti yang paling akurat dan merupakan satu – satunya metode yang tersedia untuk menentukan lama waktu kematian. Walaupun   parameter   medis   sering  digunakan   untuk memperkirakan   lama   kematian   yang   baru   terjadi   dalam   beberapa   jam,   dalam keadaan   normal   serangga   selalu   tertarik   dengan   jasad   tubuh   segera   setelah kematian, sehingga serangga juga dapat digunakan dalam memperkirakan waktu awal setelah kematian.3
Aplikasi   yang   paling   sering   dilakukan   pada   entomologi   adalah menentukan waktu kematian, petunjuk adanya manipulasi  pergerakan terhadap tubuh   korban,   letak   luka,   tanda-tanda   penyiksaan,   ciri-ciri   kriminalitas dan apakah   korban   menggunakan   obat   –obatan   atau   diracun.   Serangga   juga   dapat digunakan   untuk   analisis   toksikologi   dan   sumber   materi  DNA   untuk   analisa beberapa kasus dari ektoparasit seperti nyamuk atau kutu.3

4.      Dasar penggunaan serangga sebagai indikator memperkirakan waktu kematian
Tubuh yang membusuk merupakan mikrohabitat yang baik sebagai sumber makanan bagi beberapa organisme seperti bakteri, jamur, hewan pemakan bangkai. Dalam hal ini serangga merupakan yang paling dominan. Serangga  yang terdapat pada mayat biasanya menunjukkan spesies tertentu yang hidup pada daerah tertentu. Sebagai contoh, di Hawaii, terdapat satu spesies yang hanya ada di daerah tersebut, begitu juga di daerah tropis. Namun dengan perkembangan zaman, perpindahan spesies dapat terjadi dengan mudah. Sehingga spesies yang awalnya ditemukan di satu daerah, dapat ditemukan juga di daerah lain. Serangga yang tertarik pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi empat kelompok :
1.      Spesies Necrofagus
Ini  merupakan spesies yang biasanya memakan jaringan tubuh mayat. Yang termasuk dalam spesies ini Diptera (Caliiphoridae dan Sarcophagidae) dan Coleoptera (Silphidae dan Dermestidae). Spesies dalam kelompok ini adalah yang paling   signifikan   untuk   memperkirakan   waktu   kematian   selama   stadium   awal pembusukan.2
2.       Parasit dan predator yang memakan spesies necrofagus
Menurut  Smith, kelompok ini adalah kelompok kedua terbanyak yang ditemukan pada mayat.Yang termasuk kelompok ini adalah Coleoptera (Silphidae, Staphylinidae dan Histeridae), Diptera (Calliphoridae dan Stratiomyidae) dan parasit Hymenoptera. Larva Diptera, yang merupakan necrofagus pada awal perkembangannya akan menjadi predator pada akhir perkembangannya.2
3.      Spesies Omnifora
Yang termasuk kategori ini adalah semut, tawon dan beberapa kumbang yang memakan jaringan tubuh mayat serta serangga tertentu. Dalam jumlah besar mereka dapat menurunkan waktu pembusukan dengan memakan spesies necrofag.2
4.      Spesies lainnya
Kategori ini termasuk spesies yang menggunakan mayat sebagai habitat mereka, seperti pada kasus Collembola, laba-laba dan kelabang. Kategori ini meliputi Acari pada famili Acaridae, Lardoglyphidae,Winterschmidtiida, yang memakan jamur yang tumbuh pada mayat. Dan juga berhubungan   dengan Gamasida dan Actinedida, termasuk Macrochelidae, Parasitidae, Parholaspidae, Cheyletidae dan Raphignathidae yang memakan kelompok   AcarinedanNematoda.2

Kepentingan Menentukan Lama Kematian
Menentukan lama kematian adalah hal yang sangat penting, baik kriminal ataupun  tidak.  Pada semua kasus  kematian,  merupakan  hal yang  penting bagi keluarga korban untuk mengetahui kapan korban meninggal. Menentukan waktu kematian juga diperlukan untuk mengetahui lama dari suatu   penipuan   dilakukan.  Sebagai   contoh   seseorang   mengaku adalah   satu–satunya  orang yang menjaga  kedua   kakaknya  yang   sudah berumur  dan  orang tersebut menerima tunjangan pensiun untuk dirinya dan kedua kakaknya. Ketika orang tersebut akhirnya meninggal, ditemukan bahwa sebenarnya kedua kakaknya sudah lebih dahulu meninggal dan dimumifikasi.  Dengan  menentukan   lama kematian   maka   dapat dihitung   besar   dan   lama   penipuan   yang   dilakukan   oleh orang tersebut.3

Menentukan Lama Kematian
Dalam ilmu kedokteran, memperkiraan saat   kematian   tidak   dapat dilakukan dengan 1 metode saja, gabungan dari 2 atau lebih metode akan memberikan  hasil perkiraan yang lebih akurat dengan rentang bias yang lebih kecil. Metode   yang   pertama   dengan   memperkirakan pertumbuhan   dari   larva diptera yang merupakan awal dari lalat (blow flies). Tehnik ini dimulai sejak dari ditaruhnya   telur   lalat   hingga   lalat   yang   pertama   muncul   dari   pupa   dan meninggalkan   jasad,   sehingga   sangat  berguna   dalam   hitungan   jam   hingga berminggu      minggu   setelah   kematian.   Metode yang kedua   adalah   dengan berdasarkan prediksi, yaitu banyaknya kolonisasi pada tubuh oleh serangga.Hal ini dapat digunakan sejak beberapa minggu setelah kematian hingga yang tersisa hanya tulang – tulang. Metode ini tergantung pada umur dari sisa jasad dan jenis serangga yang ada.3

5.      Perkembangan Larva Diptera
Lalat akan tertarik pada jasad tubuh segera setelah kematian. Lalat   yang pertama kali tertarik dengan jasad umumnya adalah blow flies  (berukuran besar, agak metalik, sering kali terlihat dekat makanan atau tempat sampah), akan tetapi pada beberapa bagian dari dunia lalat  flesh flies yang terlebih dahulu tertarik dengan jasad. Blow flies tergolong pada family Calliphoridae, ordo Diptera. Pada   tahun   1958,   ditemukan   13   spesies   dari   Calliphoridae   dan Sarcophagidae yang ditemukan pada mayat di Washington. Penelitian ini menjadi dasar   yang   digunakan untuk memperkirakan usia belatung yang   didapat   pada mayat.   Belakangan ini, para peneliti mulai mengulang dan memperbaiki penelitian tentang siklus perkembangan dan ukuran belatung yang dipengaruhi oleh suhu. Data yang paling banyak ditemukan  dalam forensik adalah  spesies diptera. Serangga merupakan hewan berdarah dingin,  sehingga   temperatur tubuhnya   dipengaruhi   oleh   suhu   sekitar   lingkungan.   Ketika   suhu   lingkungan meningkat,   laju   pertumbuhan   serangga   lebih   cepat,   sedangkan   ketika   suhu lingkungan   menurun,   laju   pertumbuhan   serangga   menjadi   lebih   lambat.
Perkembangan dari serangga dapat diperkirakan, analisis dari serangga paling tua yang   terdapat   pada   jasad,   disertai   dengan   pengetahuan   mengenai   kondisi meteorologis dapat digunakan untuk menentukan berapa lama serangga berkoloni di jasad, sehingga dapat menentukan lama kematian.2
Pada penelitian tentang penguraian, aktivitas lalat biasanya dimulai 10 menit segera setelah kematian, tapi hal ini tidak selalu sama pada beberapa kasus seperti   pada   kasus   tenggelam   dan   mayat   dibungkus,   aktivitas   lalat   bisa   lebih lambat. Faktor iklim seperti cuaca yang berawan, turun hujan, dapat menghambat atau menghentikan aktivitas lalat dewasa.  Lalat jantan dan betina memerlukan makanan protein sebelum ovari dan testis   berkembang  dan oogenesis dan spermatogenesis terjadi. Blow flies berkembang dimulai  dari  telur melalui  instar stages 1,  instar  stages  2, instar stages 3, pupa dan dewasa.
Lalat yang terbang akan hinggap pada mayat dan menetaskan sampai 300 telur dan sampai 3000 untuk sepanjang hidupnya. Stadium pertama larva akan ditetaskan dari telur. Pada stadium ini larva sangat rentan dan mudah mengalami kekeringan. Larva tidak dapat keluar dari kulit yang membungkusnya, sehingga mereka bergantung pada cairan protein sebagai asupan makanan, karena itu lalat betina akan menaruh telur pada tempat yang memudahkan akses makanan bagi telur. Luka merupakan sumber protein yang sangat baik, terutama darah, sehingga luka – luka merupakan tempat bertelur yang paling pertama. Apabila pada jasad tidak ada luka, lalat betina akan menaruh telur di dekat orificium atau pada lapisan mukosa dikarenakan jaringan tersebut lembab dan lebih mudah dipenetrasi bila dibandingkan   dengan   epidermis   normal.   Daerah   wajah   umumnya   dikolonisasi lebih dahulu, kemudian daerah genital, hal ini disebabkan karena daerah genital hampir selalu ditutupi oleh pakaian. Pada kasus – kasus pemerkosaan benda – benda seperti darah dan semen akan menarik perhatian lalat dengan cepat.3
Setelah melewati waktu – waktu tertentu, dipengaruhi oleh suhu dan jenis spesies,   larva   stadium   1   akan   melepas   kutikula   dan  mulutnya,   dan   memasuki instar stage 2 atau larva stadium 2. Larva stadium 2 berukuran lebih besar, lebih bisa bertahan hidup dan dapat mempenetrasi kulit dengan mengeluarkan enzim proteolitik dan menggunakan mulutnya yang lebih kuat. Stadium ini adalah waktu bagi   larva   untuk   makan   kemudian   berkembang   memasuki  instar   stages   3, meninggalkan kutikula dan mulut yang dipakai selama stadium 2. Larva stadium tiga memiliki siklus hidup yang lebih panjang dari larva stadium satu dan dua dan akan bertumbuh menjadi 7-8 kali ukuran awal. Pada instar stage 3  larva menjadi banyak makan dan berkumpul sebagai satu masa yang besar sehingga dapat menghasilkan panas yang signifikan. Kumpulan larva ini dapat menghabiskan banyak jaringan dalam waktu yang singkat. Pada stadium ini bagian penyimpanan makanan yang terletak di  foregut  dapat terlihat dengan warna hitam dan bentuk oval pada jaringan translusent dari belatung.1
Setelah periode makan yang intensif,  instar stage 3 akan memasuki
stadium nonfeeding stage atau wandering stage. Pada stadium ini tidak ditemukan perubahan fisik, walaupun terjadi perubahan fisiologis pada organ internal, tetapi dapat   ditemukan   perubahan   sikap   yang signifikan.   Ketika   larva   memasuki nonfeeding stage, larva akan menjauh dari sumber makanan dan mencari tempat yang sesuai untuk menjadi pupa. Tempat itu antara lain adalah tanah disekitar, karpet, rambut atau baju dari jasad. Larva mungkin akan mengubur diri beberapa sentimeter didalam tanah atau merangkak bermeter – meter untuk mendapatkan tempat   yang   cocok   untuk   menjadi   pupa.  Pada   stadium   ini   disebut   dengan “prepupa”.Pada   akhir   stadium   ini   larva   akan   memendek   dan   menjadi   translusen. Pupasi akan dimulai sejak belatung prepupa mulai berkontraksi. Belatung tidak akan   mengelupaskan   kutikula   yang   tumbuh   pada  instar   stage   3,   akan   tetapi kutikula   tersebut   akan   menghilang   sedikit   demi   sedikit   dan   serangga   akan mensekresikan sejumlah substansi kedalam kutikula yang akan membuat warna pupa   menjadi   keras   dan   berwarna   hitam   untuk   membentuk   puparium.   Bagian yang disebut dengan pupa adalah serangga yang hidup, dengan bagian kantung pupa yang mengalami pengerasan atau puparium yang berguna sebagai struktur nonvital   yang   membungkus   serangga. Akan tetapi pada umumnya yang dianggap sebagai pupa adalah bagian puparium dan serangga yang hidup dalamnya, sedangkan kantung pupa yang ditinggalkan setelah lalat terbang disebut sebagai kantung pupa.3
Didalam   kantung   pupa   yang   mengalami   pengerasan,   serangga bermetamorfosis atau berubah menjadi lalat dewasa. Pada masa ini, jaringan – jaringan   imatur   akan   rusak   dan   akan   digantikan  dengan   jaringan   yang   matur. Setelah   selesai   lalat   dewasa   akan   merobek   ujung   kantung   pupa   dengan memperbesar dan mengkontraksikan ptilinum (kantung yang berisi darah yang terdapat pada kepala). Bagian ujung dari kantung pupa atau operkulum akan robek dan membelah menjadi dua bagian. Lalat dewasa yang baru akan meninggalkan kantung pupa dan robekan operkulum sebagai bukti bahwa sudah melewati siklus dengan sempurna. Lalat yang baru keluar dari pupa tidak memiliki warna biru metalik atau kehijauan seperti pada lalat dewasa. Sayap dari lalat baru keluar terlipat lipat, dengan kaki yang tinggi, kurus, dan lemah, badan berwarna abu – abu dan bagian kepala belum terbentuk sempurna karena adanya ptilinum yang belum mengalami retraksi. Pada stadium ini lalat sangat mudah dimangsa dan walaupun tidak dapat terbang lalat tersebut dapat berlari dengan cepat dan akan bersembunyi hingga sayapnya kering dan dapat terbang. Setelah itu tubuh lalat akan terlihat berwarna hijau metalik. Lalat   dewasa   yang   terbang   merupakan   tanda   forensik   yang   signifikan karena mengindikasikan bahwa siklus dari lalat  blow flies  telah lengkap terjadi pada jasad. Lalat yang dapat terbang tidak dapat digunakan sebagai identifikasi karena tidak bisa dibedakan antara lalat yang baru datang atau sudah berkembang, tetapi   lalat   yang   baru   saja   keluar   dari   pupa   dan   belum   dapat   terbang   dapat digunakan   untuk   memperkirakan   waktu   kematian.   Ditemukannya   pupa   yang kosong juga mengindikasikan bahwa siklus dari lalat pada jasad telah lengkap.Seluruh   siklus   hidup   dari   lalat   dapat   diprediksi.   Siklus   tersebut   sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, spesies, nutrisi, kelembapan dan lain – lain.   Akan   tetapi   dari   semua   faktor   diatas   yang   paling   berpengaruh   adalah temperatur.  Ketika menggunakan perkembangan lalat untuk menentukan waktu kematian perlu mengetahui beberapa hal antara lain:

a. Stadium tertua dari blow flies yang berhubungan dengan jasad
Sangatlah penting untuk mengetahui sampai sejauh mana siklus hidup dari lalat yang sudah terjadi. Seperti halnya temperatur yang mempengaruhi perkembangan serangga, serangga yang mengalami perkembangan paling depan   adalah   serangga   yang   pertama   kali   mencapai   jasad.   Tidak   ada gunanya menentukan  larva  yang berada  pada  instar  stage  2  bila  dapat ditemukan pupa kosong. Pupa yang kosong mengindikasikan bahwa ada serangga   yang   sudah   menyelesaikan   siklus   hidupnya.   Apabila   pada pemeriksaan didapatkan larva pada stadium instar stage 3 pemeriksa harus memeriksa daerah baju, rambut dan sekitarnya untuk menentukan apakah sudah   ada   larva   yang   memasuki  nonfeeding   stage.   Apabila   ditemukan larva pada  nonfeeding stage  pemeriksa harus mencari apakah ada pupa atau tidak. Bila tidak ditemukan pupa maka pemeriksa dapat mengambil kesimpulan bahwa stadium terdepan yang dialami lalat adalah nonfeeding stage atau prepupal third instar stage.2

b. Spesies serangga
Entomologis harus dapat mengidentifikasi spesies dari  blow flies.  Setiap spesies  memiliki  perkembangan  siklus  yang berbeda  – beda,  akibatnya setiap   spesies   harus   dapat   dikenali.   Lalat   dewasa   memiliki   kriteria diagnostik yang lebih banyak untuk dibedakan dengan antara yang satu dengan yang lain, sedangkan larva harus dibedakan dari bagian mulut dan bentuk morfologis lainnya. Pemeriksaan DNA juga dapat digunakan untuk menentukan spesies serangga terutama pada keadaan seperti larva pada instar stage 1  yang sulit untuk dibedakan dan bila spesimen mengalami kerusakan.2

c. Data temperatur
Serangga sangat bergantung pada temperatur, karena itu sangat penting untuk   mengetahui   temperatur   dilokasi.   Biasanya   temperatur   ditentukan dengan mengambil data dari Badan Meteorologi Geofisika. Sering terjadi kesalahan dalam menentukan temperatur di tempat kejadian karena data temperatur   yang   digunakan   terkadang   diambil   bukan   dari   lokasi   jasad, sehingga   data   temperatur   yang   diperkirakan   tidak   mencerminkan temperatur   yang   dialami   serangga.   Untuk   mengatasi   hal   ini   biasanya digunakan   alat   perekam   temperatur   di   lokasi   yang   akan   mencatat temperatur selama 2 hingga 3 minggu.2

d. Data perkembangan
Untuk   dapat   menentukan   umur   serangga   yang   paling   tua,   entomologi harus mengetahui kecepatan perkembangan siklus dari spesies serangga yang   berkoloni.   Informasi   ini   dapat   diambil   dari   literatur   yang menerangkan   perkembangan   siklus   setiap   spesies   disertai  dengan pengaruh temperatur pada perkembangan serangga.
Setelah   mendapatkan   ke   4   informasi   diatas   kita   dapat   menjawab pertanyaan   ”Dalam   kondisi   seperti   ini,   berapa   lama   waktu   yang   dibutuhkan spesies ini untuk mencapai stadium ini.” Waktu kematian merupakan salah satu hal yang menjadi pertanyaan yang biasanya diajukan pada kasus pembunuhan, tetapi sangat sulit untuk dipecahkan. Entomologi dapat memberikan titik terang untuk permasalahan ini.2

6.       Penguraian
Banyak penelitian tentang penguraian yang dilakukan di seluruh negara dan kondisi lingkungan yang berbeda. Mayoritas dari penelitian dilakukan pada daerah tropis dan subtropis.Penelitian tersebut membagi proses penguraian ke dalam lima stadium. :
1.      Fresh Stage (Stadium awal)
Stadium   ini   dimulai   saat   kematian   dan   berakhir   dengan adanya pembengkakan. Serangga yang pertama kali ditemukan adalah lalat dari famili   Calliphoridae   dan   Sarcophagidae. Betina   dewasa   akan mencari mayat, kemudian memakan dan menetaskan telur disekitar mayat,umumnya   dimulai  dari   bagian   kepala  dan  anogenital. Luka merupakan tempat kedua yang menarik bagi spesies daerah tropis di Hawaii, tetapi juga dapat menjadi tempat utama.3

2.      Bloated Stage (Stadium Pembengkakan)
Pembusukan merupakan komponen utama dari penguraian, dimulai dari stadium ini. Gas diproduksi dari aktivitas metabolik oleh bakteri anaerobik yang   menyebabkan   sedikit   pengembangan   dari   abdomen   dan   pada akhirnya   mayat   akan   tampak   seperti   balon.   Temperatur   tubuh   yang meningkat   selama   stadium   ini   mengakibatkan   proses   pembusukan   dan aktivitas metabolik oleh larva Diptera yang memakannya. Calliphoridae sangat menyukai mayat pada stadium ini. Saat mayat membengkak, cairan dipaksa keluar dari  rongga-rongga tubuh  dan meresap  ke dalam  tanah. Cairan   ini   berkombinasi   dengan   produksi   amoniak   yang   berasal   dari aktivitas   metabolik   larva   diptera,   menyebabkan  tanah   di   bawah   mayat tersebut menjadi alkalin dan binatang yang tinggal pada tanah tersebut menjauh.3

3.      Decay Stage (Stadium penghancuran)
Pada   stadium   ini   dimulai   dengan   pengelupasan   kulit,  menyebabkan keluarnya gas dan mayat mulai mengempis. Pada akhir dari stadium ini, larva   Diptera   telah   menghabiskan   hampir   seluruh  daging   mayat. Sedangkan   pada   Calliphoridae   dan   Sarcophagidae pada   akhir     stadium penghancuran,   telah   menyelesaikan   stadium   perkembangan mereka  dan telah meninggalkan mayat untuk kemudian masuk dalam stadium pupa.3


4.      Post Decay Stage (Stadium setelah penghancuran)
Adapun sisa yang tertinggal berupa kulit, kartilago dan tulang , Diptera
tidak   lagi   menjadi   spesies   yang   dominan.   Coleoptera   mendominasi
stadium ini. Selain dari peningkatan spesies ini, juga terjadi peningkatan parasit dan predator dari kumbang.3

5.      Skeletal Stage (Stadium skeletal)
Pada stadium ini hanya tertinggal tulang dan rambut, sudah tidak terdapat daging bangkai dan mulai kembalinya binatang yang tinggal pada tanah di bawah mayat tersebut. Tidak ada ketentuan lamanya stadium ini, stadium ini dapat ditentukan lamanya dari variasi binatang normal pada tanah serta kondisi lokal di mana mayat ditemukan.Pada dasarnya, perkiraan usia dari belatung yang ditemukan pada mayat dapat menunjukan waktu minimal sejak kematian. Misalnya jika usia belatung diperkirakan   lima   hari   maka   kesimpulannya   kematian   seharusnya   telah   terjadi paling sedikit lima hari tetapi kematian juga dapat terjadi 6 hari, 7 hari atau lebih.
Dasar ilmu forensik entomologi adalah mengukur lama serangga berkoloni pada   jasad,   bukan   menentukan   waktu   terjadinya   kematian.   Telur   lalat   dapat diletakkan pada jasad dalam hitungan menit atau 1 hari kemudian jika jasad dalam keadaan terkubur, terbungkus atau berada pada lokasi dengan temperatur yang rendah   sehingga   menghambat   kolonisasi   serangga.   Bila   kondisi   dilingkungan memungkinkan untuk terjadinya kolonisasi segera setelah kematian, terdapat hal – hal lain yang dapat mempengaruhi proses kolonisasi, contohnya pada satu kasus dimana seseorang dibunuh dimusim panas, ketika siang hari dan ditinggal dalam keadaan berlumuran darah, maka dapat diperkirakan bahwa serangga akan segera berkoloni dalam hitungan menit pada jasad. Akan tetapi hal itu belum tentu benar.
Pada kasus – kasus tertentu serangga memang menaruh telur pada jasad dalam hitungan   menit,   tetapi  mayoritas   dari  telur  yang  pertama   kali   diletakkan  akan dimakan   oleh   predator  Vespa   sp.  Dalam   jumlah   yang   besar  Vespa   sp.  dapat memakan   semua   telur   yang   diletakkan   pada   hari   pertama,   sehingga   saat pemeriksaan yang dilakukan pada beberapa hari kemudian hanya akan didapatkan spesimen dalam usia yang muda. Selain itu terdapat kemungkinan penyimpangan waktu   sebesar   1  hari dalam menentukan waktu maksimum setelah kematian ditentukan   berdasarkan   serangga   yang   ditemukan   pada   jasad.   Hal   ini   dapat menyebabkan   kesalahan   yang   signifikan.   Sebagai   contoh   pada   satu   kasus seseorang ditemukan 3 hari kemudian dalam keadaan meninggal, artinya waktu lama minimal kematian yang diperkirakan oleh entomologisnya adalah 2 hari, hal itu   adalah   benar   walaupun   tidak   benar     benar   tepat.  Karena   itu   menentukan waktu minimal kematian lebih aman dan terjamin oleh entomologis.
Hal – hal yang biasa digunakan sebagai acuan oleh entomologis adalah waktu minimal kematian dan perkembangan siklus serangga. Beberapa serangga mungkin akan berkembang lebih lama dari perkiraan karena itu menggunakan waktu minimal kematian dapat meningkatkan keakuratan.Perkiraan waktu kematian sangat penting untuk kepentingan investigasi dalam   mendukung   atau  menolak   kesaksian.   Sebagai   contoh   pada   kasus ditemukannya   jasad   yang   sudah   mengalami   dekomposisi,   kemudian   seseorang datang dengan kesaksian bahwa dia baru saja melihat kejadian pembunuhan yang terjadi   pada   jasad   tersebut;   dapat   dipastikan   bahwa   kesaksiannya   tidak   dapat digunakan. Pada kasus lain dapat ditemukan dua kesaksian yang subjektif dan sangat bertolak belakang, dengan menggunakan bukti – bukti entomologi yang bersifat objektif maka akan dapat diketahui kesaksian mana yang benar.2

Kolonisasi pada Jasad
Jasad   dari   suatu   hewan   atau   manusia   merupakan   sumber   nutrisi   yang memfasilitasi   perubahan   ekosistem   yang   cepat.   Dalam   hitungan   menit   atau bahkan   detik   setelah   kematian, serangga (terutama  blow flies) akan hinggap di jasad untuk membentuk  koloni.  Seiring dengan   proses   dekomposisi,   jasad   semakin   tidak   menarik   bagi   koloni   yang pertama dan menarik serangga lainnya. Perubahan biologis, kimia dan fisik akan menarik serangga lain dan mengubah komposisi koloni yang akan terus terjadi hingga tidak ada nutrisi yang dapat digunakan dari jasad. Jenis serangga yang akan membentuk koloni pada jasad dipengaruhi oleh keadaan   nutrisi   pada   jasad,   keadaan   geografis,   habitat,   musim,   kondisi meteorologis.
Selain itu, juga dapat memperkirakan waktu kematian berdasarkan adanya
fakta   bahwa   serangga   yang   ditemukan   pada   tubuh   akan   berganti   seiring berjalannya waktu dan terjadinya proses pembusukan. Tidak hanya jenis serangga pada tubuh mayat saja yang dapat digunakan untuk menentukan waktu kematian, jika tubuh mayat terbaring pada tanah untuk beberapa periode waktu, serangga dan hewan tidak bertulang belakang lainnya yang ada pada tanah di bawah mayat tersebut juga akan berganti. Jumlah spesies  akan berkurang setelah  komunitas baru   dari   spesies   lain   berkembang.   Pengetahuan   tentang   kejadian   ini   dapat memungkinkan   para   entomologis   untuk   memperkirakan   seberapa   lama   tubuh terbaring pada lokasi ditemukannya. Benda – benda lain yang dapat digunakan untuk kepentingan entomologis antara lain adalah kulit larva, feses dan membrana peritropik yang berasal dari Coleoptera : Dermestidae. Membran peritropik memberi garis pada bagian perut dari serangga dan terbuang bersamaan ketika serangga tersebut defekasi pada kasus – kasus terkadang dapat ditemukan dilokasi sekitar jasad hingga bertahun – tahun.1

Menentukan Apakah Jasad di Pindahkan
Pada keadaan tertentu, serangga dapat digunakan untuk menentukan hal – hal   selain   waktu   kematian   minimal.   Salah   satunya   adalah   untuk   menentukan apakah   setelah   kematian   jasad   dipindahkan   atau   tidak.  Tempat   dimana   tubuh korban ditemukan  tidak selalu  menunjukkan  tempat  dia mati, seringnya tubuh dipindahkan dari tempat awal dari kejadian kriminal.  Sebagai contoh, seseorang dibunuh  suatu  tempat,  kemudian  jasadnya  dipindahkan   ke  tempat   lain  dengan maksud untuk disembunyikan. Segera setelah kematian, serangga yang berada di tempat itu akan hinggap di luka – luka atau di orifisium yang ada pada jasad dan berkoloni. Ketika jasad tersebut dibawa ke tempat baru maka serangga serangga dari tempat lokasi pembunuhan terbawa ke tempat baru.
Serangga   dan   spesies   hewan   tidak   bertulang   belakang   yang memakan tubuh korban yang berada di dalam tanah berbeda dengan yang di lingkungan terbuka. Perbedaan binatang ini juga menjadi dasar untuk menentukkan apakah korban telah dikuburkan sejak awal kematian atau berada di lingkungan terbuka sebelum dikuburkan.3

Posisi Luka
Cara kematian berbeda dengan penyebab kematian. Sebagai contoh cara kematian dengan tikaman  atau bacokan, sedangkan penyebab kematian  karena kehilangan   darah.   Penyebab   kematian   menjadi   wewenang   patologi   forensik. Sedangkan ahli entomologi kadang-kadang dipanggil untuk memberikan pendapat tentang cara kematian, khususnya pada kasus-kasus dimana tubuh berada pada stadium lanjut pembusukan. Sebagai contoh, pada tubuh yang dihinggapi belatung luka mungkin akan dimakan belatung sehingga tidak mungkin mengetahui apa yang   menjadi   penyebab   luka.   Dalam   hal   ini   ahli   entomologis   dapat   banyak membantu.
Blow   flies  adalah   serangga   yang   pertama   kali   hinggap   ke   jasad   dan menaruh  telurnya  didekat  luka  supaya  larva  pada  instar  stage  1  mendapatkan nutrisi yang cukup. Sesudah tubuh mengalami dekomposisi lebih lanjut akan lebih sulit untuk menentukan ada atau tidaknya luka. Jika luka tersebut tidak mengenai jaringan keras seperti tulang dan kartilago akan sangat mudah tidak terdeteksi, akan tetapi serangga dapat mendeteksi adanya luka yang sangat kecil. Lalat betina dapat mendeteksi adanya luka dalam ukuran yang kecil untuk dapat menaruh telur –   telurnya,   lalat   bahkan   dapat   mendeteksi   adanya   bekas   punksi   vena   yang menggunakan jarum paling kecil dimana tidak dapat dilihat oleh ahli patologis.
Pada   tahap   dekomposisi   lebih   lanjut,   kolonisasi   dari serangga   dapat digunakan   untuk   memperkirakan   posisi   luka,   akan   tetapi  yang   berhak   untuk menyatakan posisi luka–luka adalah forensik patologis, sedangkan entomologis berhak untuk menyatakan bahwa ada pola kolonisasi serangga yang tidak umum yang mungkin mengindikasikan adanya luka. Sebagai contoh, pada suatu kasus ditemukan   adanya   seorang   wanita   yang   jasadnya   ditemukan   dalam tahap dekomposisi yang lanjut. Didapatkan pola kolonisasi yang tidak umum berupa lebih banyak kolonisasi   pada   daerah   dada  dan  tangan  dibandingkan   dengan kepala.   Atas pernyataan itu   dilakukan   pemeriksaan   lebih   lanjut  dan   akhirnya ditemukan adanya tanda – tanda bekas luka tusukan benda tajam disekitar dada dan tangan.
Pemeriksaan untuk memeriksa bekas luka berdasarkan kolonisasi serangga harus dilakukan dengan hati – hati. Sebagai contoh, seringkali adanya belatung pada   daerah   genital   dianggap   sebagai   kasus   pemerkosaan.   Apabila   pada pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa serangga yang berkoloni di daerah genitalia adalah yang paling tertua, hal ini mengindikasikan adanya pemerkosaan (luka atau semen pada daerah genital mengakibatkan serangga tertarik), tetapi bila pada pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa kolonisasi pada daerah genitalia dan daerah lainnya sama atau bahkan lebih lambat hal itu menunjukan bahwa kolonisasi yang terjadi adalah normal, tidak mengindikasikan pemerkosaan.3

Menghubungkan Tersangka dengan Kejadian
Sebagai   contoh,   terjadi   suatu   pemerkosaan   pada   pertengahan   musim panas. Korban wanita mengaku bahwa pelaku menggunakan topeng ski. Seorang suspek   teridentifikasi   dan   dalam   proses   penggeledahan   rumahnya   didapatkan topeng ski, suspek mengaku bahwa tidak menggunakannya sejak musim dingin tahun   lalu.   Pada   pemeriksaan   lebih   lanjut   ditemukan   pada   topeng   tersebut didapatkan   sedikit   kecacatan   berupa   lekukan  dan   didalam   lekukan   tersebut didapatkan ulat. Setelah dilakukan analisis didapatkan bahwa topeng ski tersebut dipastikan   digunakan     pada   musim   panas.   Setelah   menunjukan  bukti   tersebut suspek mengakui pemerkosaan tersebut.3

Obat
Serangga yang berkolonisasi pada jasad memakan jaringan jasad sehingga secara tidak langsung mengkonsumsi substansi yang terdapat pada jasad. Zat – zat tersebut dapat berupa alkohol, racun dan obat. Alkohol adalah produk normal yang   dihasilkan   dari   proses   dekomposisi,  sehingga   serangga   umumnya   tidak dipengaruhi  oleh  adanya substansi  alkohol.  Apabila  kematian  disebabkan  oleh racun  atau  obat,   baik dalam  maksud   terapeutik  atau  pembunuhan,  maka   akan mengakibatkan perkembangan dari serangga.

Pada kasus pembunuhan dan keracunan jaringan tubuh hampir seluruhnya dimakan   oleh   belatung.   Belatung   mempunyai   kemampuan   untuk   menyimpan jaringan berupa cairan toksik sehingga dapat digunakan untuk analisa toksikologi. Walaupun tidak seluruh mayat dimakan oleh belatung, tetapi masih lebih baik melakukan tes pada belatung  daripada pada sisa pembusukan manusia, karena jaringan hidup akan lebih mudah untuk di analisa toksikologinya daripada tubuh yang sudah membusuk. Analisis serangga untuk menentukan racun atau obat dapat dilakukan pada larva dan diptera dan coleoptera dewasa dan coleoptera exuviae. Obat   dapat   mempengaruhi   perkembangan   dari   serangga,   yaitu mempercepat atau memperlambat perkembangan, karena itu entomologis harus memperhatikan pernyataan dari ahli toksikologi.2

Kelalaian Manusia
Pada kasus – kasus ditemukan bahwa larva hanya memakan bagian jaringan   yang   sudah   nekrotik,   ganggren  dan   jaringan-jaringan   yang   rusak. Sebagai contoh, pada pengadilan entomologis dapat memberi pernyataan bahwa popok seorang bayi tidak diganti selama 5 hari karena dalam 4 – 5 hari pada pemeriksaan didapatkan belatung yang memakan jaringan – jaringan yang sudah rusak.


6.       Pengumpulan Bukti Entomologis
Sebaiknya   bukti      bukti   entomologis   dikumpulkan   oleh  seorang   ahli entomologis karena seorang entomologis sudah terlatih untuk mengidentifikasi, mengumpulkan serangga dan dapat mengetahui mana yang penting dan mana yang tidak penting.

Pengumpulan bukti entomologis pada lokasi kejadian
Bukti – bukti entomologis yang diambil harus berasal dari lokasi kejadian. Pada suatu kasus yang besar, setiap sentimeter dari lantai harus diperiksa dengan teliti dan setiap bukti potensial harus difoto, dibuat sketsanya dan dikumpulkan. Sebelum bukti entomologis diambil dari lokasi, lingkungan di sekitar lokasi harus diamati dan difoto terlebih dahulu.
Deskripsi hasil juga meliputi:
1. Daerah geografi: kota, desa, alamat jika ada, dsb
2.Tipe Habitat:  gurun, hutan, di dalam apartmen,  daerah kumuh, padang
    rumput dsb.
3. Area : berbatu, pegunungan, atau dataran rendah
4. Tipe vegetasi: tanaman yang ada., jika spesifik dikirim ke botanis
5. Tipe   tanah: berpasir, berkerikil, berlumpur, atau artificial (semen, batu-
    batuan dsb)

Deskripsi tentang mayat termasuk:
1.Jenis kelamin, berat badan, tinggi badan             
2. Ada atau tidaknya pakaian dan deskripsi tentang pakaian.
3. Postur mayat: duduk, berbaring, tengkurap dsb
4. Benda benda di sekitar mayat: terbungkus, tertutup dengan tanaman.
5. Kerusakan fisik: luka terbuka, memar dan daerah kerusakan.
6. Penyebab kematian
7. Stadium pembusukan
8. Serangga yang ditemukan,jika memungkinkan termasuk fotografi lengkap.
Dicatat juga data tentang iklim yang lengkap tiap jam. perkembangan serangga   berupa   aktivitas   dewasa,   termasuk   penetasan   telur dan perkembangan   imatur.   Juga   dicatat   hal-hal   yang   aneh   ditemukan   pada TKP. Jika   terdapat   konsentrasi   belatung,   temperatur   pada   setiap   konsentrasi harus   dihitung   dengan   cara   meletakkan   termometer   secara   perlahan   diatas konsentrasi belatung, kemudian tekan dengan lembut pada permukaan. Hal ini akan mengakibatkan belatung – belatung bergerak disekitar termometer sehingga mengurangi kemungkinan kerusakan pada jasad.3

Pengumpulan bukti blow flies
Perkembangan  blow flies  adalah bukti entomologis yang paling penting untuk   menentukan   waktu   kematian   pada   hari   pertama   dan   seminggu   setelahkematian.   Setiap   stadium   sangat   penting.   Berikut   adalah  ringkasan  teknik mengumpulkan bukti entomologis blow flies.

Telur
Lokasi                         :  Dekat luka dan orifisium
Koleksi hidup              : Simpan setengah dari sampel untuk keperluan identifikasi nanti   letak dalam vial diatas potongan hati sapi dan tutup menggunakan 2 lapis handuk dan ikat menggunakan karet pengikat. Tulis  pada vial tempat dan waktu pengambilan sampel.
Koleksi cadangan        : Simpan setengah sampel pada vial dengan ethanol 75-90%
atau   isopropil   alkohol   50%   dengan   segera   setelah pengambilan   sampel.   Tulis   pada   vial   tempat   dan   waktu pengambilan sampel.
Catatan                        :Kumpulkan sampel secara terpisah dengan cara mengambil dari beberapa area observasi dan catat waktu menetasnya telur.  Telur  menjadi  bukti  yang tidak  penting  jika  sudah didapatkan belatung.


Feeding larvae
Lokasi                         : Pada tubuh, luka atau orifisium  dapat  ditemukan pada konsentrasi belatung dapat ditemukan diseluruh tubuh.
Koleksi hidup              : Sama seperti telur
Koleksi cadangan        :Sama seperti telur, jika memungkinkan, taruh larva pada air panas dengan cepat sebelum ditaruh pada alkohol.
Catatan                        : Ambil sampel  sebanyak  100 – 200, ambil  dari  beberapa
tempat berbeda dan simpan terpisah, ambil menggunakan forcep   tumpul,   kuas   kecil   atau   spatula.   Jangan menaruh larva berlebihan pada 1 vial.

Prepupal nonfeeding larvae
Lokasi                         : Pada tanah, rambut, baju, benda yang membungkus jasad.
Koleksi hidup              : Sama seperti telur dan feeding larvae.
Koleksi cadangan        : Sama seperti feeding larvae.
Catatan                        : Tidak memerlukan makanan

Pupae
Lokasi                         : Sama seperti prepupal dan nonfeeding larvae.
Koleksi hidup              : Simpan   pada   vial   dengan   sedikit   potongan   handuk   yang lembab   untuk   mencegah   kerusakan, tutup menggunakan handuk kering dan ikat dengan karet pengikat, tidak perlu memberikan makanan.
Catatan                        : Pupae bewarna coklat gelap dan sering ditemukan jauh dari jasad, seringkali terlihat seperti bagian dari tanaman. Dapat berukuran   sangat   kecil   dari   milimeter   hingga   1,5 sentimeter.

Puparia atau kantung pupa
Lokasi                         : Sama seperti pupae dan nonfeeding larvae.
Koleksi hidup              : Tidak ada, kantung pupa tidak hidup
Koleksi cadangan        : Simpan dalam keadaan kering pada vial, gunakan handuk
sebagai   bantal   untuk   puparia   dalam   vial,   tutup menggunakan tutup vial.
Catatan                        : Kantung   pupa   menandakan   bahwa   siklus   hidup   sudah lengkap.

Blow flies dewasa
Lokasi                         : Diseluruh   bagian   jasad.   Ambil   menggunakan   kuas   kecil yang basah.
Koleksi hidup              : Simpan pada vial, tidak memerlukan udara.
Koleksi cadangan        : Jangan simpan jika sayap masih terlipat;  taruh pada vial
kering dan biarkan mongering, beri tanda sebagai lalat yang baru menetas.
Catatan                        : Berguna jika baru saja menetas

Lalat jenis lain
Lokasi                         : Diseluruh bagian jasad, mungkin ditemukan pada baju dan    persendian. Gunakan jaring atau kuas kecil yang basah
Koleksi dewasa           : Dapat   disimpan   di   dalam   vial   dan   tetap   hidup tidak memerlukan udara.
Koleksi imatur             : Simpan dan jaga agar  tetap   hidup   dalam   vial   dengan potongan handuk basah. Simpan sebagian dalam alkohol. Semua pupa sebaiknya disimpan dalam keadaan hidup.
Catatan                        : Serangga yang dewasa dan imatur sangat penting

Beetles
Lokasi                         : Dimana saja, dibawah jasad, disekitar jasad atau di baju.
Ambil menggunakan jaring atau kuas kecil yang basah.
Koleksi dewasa           : Dapat   disimpan   dalam   keadaan   hidup   atau   taruh   dalam alkohol.
Koleksi imatur             : Simpan   dalam   keadaan   hidup   dengan   handuk  basah simpan per individu karena beetles punya sifat kanibalisme. Simpan   sebagian   dalam   alkohol.   Setiap   pupa sebaiknya disimpan dalam keadaan hidup.
Catatan                        : Serangga   dewasa   dan   imatur   sangatlah   penting, kedua   – duanya   bergerak   dengan   cepat.   Kulit   larva   dan   kantung pupa sebaiknya juga disimpan.
Sampel tanah
Serangga   tanah   dan   hewan   tidak   bertulang   belakang   sebaiknya tidak   usah disingkirkan. Sample tanah dikumpulkan dan dibawa ke laboratotium.
Ambil sebanyak kurang lebih 4 gelas. Taruh pada kaleng yang ukurannya 2 kali dari sampel. Sampel tanah biasanya diperiksa entomologis di laboratorium.
Protokol pengumpulan specimen entomologi :

Prosedur koleksi

1. Serangga yang terbang
Lebih kurang 10-15 menit daerah sekitar mayat harus dikosongkan, agar dapat menangkap serangga menggunakan net. Serangga yang sudah ditangkap dimasukkan ke dalam gelas yang berisi 70-80% etil alkohol atau isopropyl alkohol. Perbandingan isopropyl alkohol dan air adalah 1:1, Jika tidak serangga akan mengeras dan susah diidentifikasi. Sebaiknya tidak menggunakan formalin, kecuali jika terdesak. Perlu untuk diketahui tempat di mana lalat ditemukan, diberi   label,   bagaimana   cara   mengumpulkan,   siapa   yang mengumpulkan dan waktu pengumpulan.2

2. Serangga yang merayap
Serangga   dikumpulkan   harus   dilabel   berdasarkan   tempat ditemukannya. Serangga diambil menggunakan forcep atau tangan. Harus menggunakan sarung tangan setiap waktu. Serangga yang ditangkap ada 2 jenis: serangga dengan badan yang keras, seperti kumbang   dan   serangga   dengan   badan   lunak.   Tindakan   terhadap serangga   yang   berbadan   keras   dilakukan   sama   halnya   dengan serangga   yang   terbang.   Untuk   yang   berbadan   lunak   perlu perlakuan khusus, karena lebih susah diidentifikasi. Mereka terdiri dari dewasa dan belum matur. Serangga yang belum matur lebih susah   untuk   diidentifikasi,   sehingga   biasanya   mereka   dibiarkan terlebih   dahulu.     Serangga   ini   dibagi   menjadi   dua   kelompok, kelompok yang pertama akan dibunuh dan dianalisa entomologi, sedangkan   kelompok   yang   kedua   dibiarkan   hidup   untuk identifikasi spesies.  Serangga yang belum matur umumnya berupa belatung, dibunuh dan dimasukkan kedalam solusi KAA selama 5-10 menit tergantung ukuran belatung kemudian dipindahkan ke etil alkohol   70%   atau   isopropyl   alkohol   yang   ditambah   air   dengan perbandingan   1:1.   Solusi   KAA   digunakan   untuk   melepaskan bagian   luar   permukaan   serangga   atau   kutikula.   .   Jika   tidak dilakukan,   alkohol   akan   masuk   ke   dalam   tubuh   dan   membuat tubuh serangga menjadi hitam dan busuk. Solusi KAA terdiri atas 1 bagian asam asetat, 1 bagian minyak tanah, 30 bagian etil alkohol 95%. Jika KAA tidak ada, dapat digunakan air  panas76,7  oC selama 2-3  menit dan ditransfer ke etil alkohol 70% untuk penyimpanan.1

3. Pemberian Label                   
a. Tanggal pengumpulan
b. Waktu pengumpulan
c. Lokasi ditemukan pada tubuh, sespesifik mungkin.
d. Tempat ditemukan tubuh: di dalam rumah, di semak-semak, di pegunungan
e.Daerah tubuh dimana spesimen ditemukan, jangan bercampur dengan specimen  dari daerah tubuh lain.
f.Nama, alamat, dan nomor telepon dari kolektor.


Myasis
Myasis  adalah   suatu   penyakit   yang   disebabkan   masuknya   belatung   ke jaringan   hidup.  Beberapa  spesies  lalat   termasuk  yang  umum  ditemukan   pada orang atau binatang hidup. Salah satu manifestasi yang ditemukan “sheep-strike”. Dimana lalat meletakkan telurnya pada kulit yang tidak terluka, binatang menjadi lemah   dan   kematian   pun   mulai   terjadi.   Kemungkinan   orang-orang   yang menderita myasis akan meninggal dengan cepat dengan tanda-tanda adanya larva pada tubuh.
Halangan untuk Forensik Entomologi

Temperatur
Seperti yang sudah   disebutkan   sebelumnya   bahwa   temperatur   sangat mempengaruhi perkembangan, sedangkan pada kenyataannya temperatur dilokasi sangat sulit untuk ditentukan dengan pasti. Data temperatur dapat diambil pada stasiun cuaca,  akan tetapi akan  lebih baik jika dilakukan pencatatan data temperatur   pada   lokasi   secara   langsung.   Data   statistik   yang   lengkap   akan mempermudah  entomologis   untuk  memprediksi   temperatur   yang  ada  di lokasi dengan memperbandingkan data dari stasiun cuaca dan data dari lokasi.

Musim
Perkembangan serangga dipengaruhi oleh musim. Pada musim – musim tertentu dimana temperaturnya sangat rendah akan menghambat perkembangan.

Eksklusi Serangga
Serangga dapat pergi dari jasad dengan beberapa alasan. Jasad mungkin mengalami   pembekuan   sehingga   serangga   yang   sudah   berkoloni   akan   pergi. Pembekuan juga dapat mempengaruhi dekomposisi, sehingga akan mempengaruhi kolonisasi serangga.Penguburan juga mempengaruhi kolonisasi serangga hal ini disebabkan karena   kedalaman   dan   jenis   tanah   sangat   mempengaruhi.   Pembungkus   tubuh dapat membatasi atau menghambat aktivitas serangga. Serangga mungkin akan kesulitan   untuk   mencapai   jasad   yang   dibungkus   sehingga   akan   menambah perkiraan waktu kematian, tetapi perkembangan pada jasad tetap sama sehingga waktu kematian minimal tetap dapat diprediksi.

Pelaporan
Laporan entomologis akan sangat berguna untuk kepentingan penyelidikan dan juga dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan. Laporan yang digunakan untuk   pengadilan   harus   dipisahkan   dari   laporan   lainnya   agar   pembaca   dapat memahami dasar-dasar ilmu mengenai dari entomologi sehingga mereka dapat mengambil kesimpulan tanpa perlu mencari literatur lebih lanjut. Laporan sebaiknya dimulai dengan deskripsi singkat mengenai kejadian, tempat kejadian, korban dan kumpulan sampel yang ditemukan yang berkaitan dengan entomologi. Pada laporan harus dijelaskan mengenai bagaimana, kapan dan siapa yang menghubungi ahli entomologi serta bagaimana bukti entomologi tersebut diterima oleh ahli entomologi. Harus dijelaskan pula mengenai prosedur yang digunakan, data yang digunakan dan hasil identifikasi dari serangga. Selain itu, di dalam laporan juga harus terdapat mengenai latar belakang ilmu forensik ilmu entomologi dan harus dapat menyimpulkan mengenai  spesies mana yang terlibat dan bagaimana perkembangan spesies tersebut sesuai dengan literatur.2

  
 DAFTAR PUSTAKA

1.      Erzinclioglu, Z. 2003. Role of and Technique in Forensic Entomology. In : In : Freedy Richard C.    Handbook of Forensic Pathology second edition.  Illionis : College of American Pathology. p. 747 – 754.

2.      James,   Stuart   H   dan   Hordby,   Jon   J.   2005.  Forensic Entomology.  In:   Sorg, Marcella   K.  Forensic   Science   An   Introduction   to Scientific   and   Investigative  Technique second edition. US : CRC Prers. p. 135 – 164.

3.      Lord, Wayne D,  Goff   M.Lee.  2003. Forensic Entomology :   Application   of  Entomological   Method   to   the   Investigation   of   Death.   In   :   Freedy   Richard   C. Handbook of Forensic Pathology second edition.  Illionis :College of American Pathology. p. 423 – 432.